Selasa, 28 Mei 2024

 

Materi IPA Kelas 8 Bab 10 Struktur Bumi dan Mitigasi Bencana

 

Apersepsi

Ketika mendengar istilah gempa bumi, apa yang terlintas dipikiran kalian? Pernahkan kalian merasakan gempa bumi? Bagaimana dampak dari gempa bumi tersebut? Kerusakan yang timbul akibat dari gempa bumi sangatlah besar, misalnya hancurnya rumah, gedung hingga kematian jiwa.

Sebagian besar gempa bumi terjadi ketika lempengan-lempengan bumi mengalami pergerakan relatif. Lempengan ini dapat berupa lempeng samudra atau lempeng benua. Saat lempengan ini bergerak, tejadi gesekan dan tumbukan antara mereka, menghasilkan gelombang kejut yang kita kenal sebagai gempa bumi. Jepang dan Indonesia termasuk negara yang sangat rentan terhadap gempa bumi karena letak geografisnya berada di jalur pertemuan lempeng tektonik. Bagaimana sebaiknya kita mengantisipasi gempa bumi dan mengurangi dampaknya? Pertimbangkanlah strategi yang dapat diimplementasikan untuk menghadapi potensi bencana ini.

Gambar. Rumah Warga Desa Tanalum Kabupaten Purbalingga Rusak akibat Gempa

Materi pada bam ini akan membahas karaketeristik struktur bumi, teori tektonik lempeng, penyebab dan dampak gempa bumi, manfaat gunung berapi, serta langkah-langkah penyelamatan diri ketika terjadi bencana kebumian. Mari belajar dengan semangat tinggi untuk memahami dan menghadapi fenomena dan menghadapi fenomena alam ini dengan bijak!

 

A.      Struktur Bumi

Setiap benda mempunyai struktur dan lapisan yang berbeda-beda. Sebagai contoh bawang merah, telur dan jeruk sperti yang ditunjukan pada gambar.

Gambar. Bawang merah, telur dan jeruk

Berdasarkan gambar pada benda-benda tersebut, ternyata terdapat beberapa lapisan yang berbeda-beda. Menurut kalian, bagaimana dengan bumi? Apakah terdiri atas lapisan-lapisan tertentu juga? Apakah di dalam perut bumi ini isi atau kosong?.

Bumi merupakan planet yang menjadi tempat tinggal makhluk hidup dan segala yang diperlukan, untuk membantu kehidupan. Bumi merupakan salah satu dari delapan planet yang ada di Galaksi Bima Sakti yang menempati urutan ketiga dari pusat tata surya setelah Merkurius dan Venus

Gambar. Urutan planet-planet dalam teta surya

Bentuk bumi bulat seperti bola, namun bila di “belah” tidak seperti bola yang tengahnya kosong. Bumi memliki beberapa lapisan. Berikut lapisan bumi dari dalam ke luar.

Gambar. Lapisan Bumi

1.        Inti Dalam Bumi

Lapisan yang terdalam dari bumi adalah inti bumi. Kedalaman lapisan ini antara 5.100 – 6.400 km. Lapisan ini memiliki suhu tertinggi antara 5.000 – 7.0000C. Inti dalam bumi terbentuk dari materi sebagian besar NiFe (nikel dan besi) dan juga belerang, karbon dan oksigen serta silikon dan kalium dalam jumlah sedikit. Inti dalam memiliki tekanan yang sangat tinggi yang mengakibatkan lapisan ini dalam bentuk padatan.

 

2.        Inti Luar Bumi

Lapisan inti luar bumi merupakan satu-satunya lapisan bumi dalam bentuk cairan pekat (magma) dengan komposisi besi dan nikel. Kedalaman lapisan ini antara 2.900 – 5.100 km. Lapisan ini memiliki suhu antra 3.800 – 6.0000C. Sebagai akibat dari suhu tinggi inti dalam bumi maka magma akan mencari celah untuk keluar dari dalam bumi.

 

3.        Lensa

Lapisan ketiga dari dalam bumi adalah lapisan selimut atau selubung bumi atau mantel bumi. Lapisan ini merupakan lapisan paling tebal diantara lapisan-lapisan lainnya. Fungsi dari manterl bumi adalah menyelubungi bagian inti bumi dan merupakan bagian terbesar dari bumi. Suhu pada lapisan ini diperkirakan sekitar 2.5000C. Lapisan mantel bumi terdiri atas 3 bagian, antara lain Lithosfer, Astenosfer, dan Mesosfer.

a.      Lithosfer

Merupakan lapisan teratas dari lapisan mantel bumi yang memiliki ketekbaln 50 – 500 km. Lithosfer merupakan gabungan antara kerak bumi dan lapisan mantel bumi terluar. Lithosfer mengandung Silisium, Besi, dan Aluminium berbentuk padat.

b.      Astenosfer

Merupakan lapisan pada mantel bumi di bwah lithosfer dengan ketebalan 130 – 160 km. lapisan ini berbentuk padatan plastis, mengandung Silisium, Aluminium, dan Magensium.

c.       Mesosfer

Merupakan laspisan yang tebalnya 2.400 – 2.750 km, mengandung Silisium dan Magnesium.


Gambar. Mantel Bumi

 

4.        Kerak Bumi

Lapisan paling luar dari bumi disebut dengan kerak bumi. Lapisan ini terdiri atas tanah dan bebatuan. Lapisan ini menjadi tempat tinggal seluruh makhluk hidup di bumi. Kerak bumi merupakan bagian yang paling tipis dari keseluruhan volume bumi. Kerak bumi membentuk kerak samudera - samudera dan kerak benua - benua.

a.      Kerak benua

Merupakan lapisan padat yang terdiri dari batuan beku granit pada bagian atasnya dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Ketebalan kerak ini 30 – 70 km. Kerak ini yang sering kita sbut sebagai benua. Kerak ini banyak mengandung Silisium dan Alumunium (SiAl)

b.      Kerak samudera

Merupakan lapisan padat yang terdiri dari endapan laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan-batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku. Kerak ini memiliki ketebalan antara 6 – 11 km. Kerak ini banyak mengandung Silisium dan Magnesium (SiMa).

 

B.       Asal Usul Teori Tektonik Lempeng

 

1.        Teori Pergerakan Benua (Continental Drift)

Gambar. Peta Dunia

Apabila kalian memotong gambar masing-masing benua pada gambar, ternyata potongan-potongan benua tersebut membentuk kesatuan seperti puzzle.

Beredasarkan fakta-fakta tersebut, seorang ahli meteoroli Jerman, Alfred Wegener, pada tahun 1915 mengusulkan suatu konsep yang dikenal sebagai teori pergeseran benua (Continental Drift). Dalam teorinya, Wegener menguraikan bahwa pada masa lalu, semua benua di Bumi bersatu mebentuk sebuah massa daratan yang sangat besar yang disebut Pangea. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, benua-benua ini mulai berpisah dan bergerak menjauh satu sama lain secara perlahan. Pangea kemudian terpecah menjadai dua benua besar.

1.      Daratan Gondwana yang terdiri dari Australia, Antartika, Amerika Selatan, Afrika, dan India.

2.      Daratan Laurasia yang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, dan sebagian bear negara Asia.

Selai dari fakta mengenai benua yang menyerupai puzzle, penemuan fosil juga memberikan dukungan kepada teori pergeseran benua. Salah satu contoh konkrenya adalah penemuan fosil Mesosaurus di Amerika Selatan dan di Afrika. Penting untuk dicatat bahwa Amerika Selatan dan Afrika saat ini terletak pada benua yang berbeda.

Mesosaurus merupakan jenis reptil yang dapat hidup di daratan dan air tawar. Wegener berpendapat bahwa Mesosaurus tidak mungkin melakukan perjalanan berenang di lautan untuk mencapai benua lain. Oleh karena itu, Wegener menyimpulkan bahwa Mesosaurus harus telah hidup di benua tersebut pada masa ketika benua-benua masih bersatu.

Selain fosil Mesosaurus, penemuan fosil lainnya turut mendukung teori pergeseran lempeng. Beberapa contoh penemuan fosil tersebut meliputi:

1.      Fosil Cynognathus yang ditemukan di Amerika Selatan dan Afrika

2.      Fosil Lystrosaurus yang ditemukan di Afrika, India, dan Antartika

3.      Fosul tumbuhan Glossopteris yang ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia.

Fakta lainnya dapat diamati dari kesamaan jenis batuan di pegunungan Appalachian di Amerika Serikat dengan batuan di Greenland dan Eropa Barat. Selanjutnya, terdapat kesamaan dalam jenis batuan di Amerika Selatan dan Afrika. Meskipun demikian, teori pergeseran benua yang diperkenalkan oleh Wegener tidak dapat sepenuhnya menjelaskan mekanisme bagaimana benua-benua berpisah dan bergerak menjauh satu sama lain.

 

2.        Teori Pergerakan Dasar Laut (Seafloor Spreading)

Pada awal tahun 1960, ilmuwan dari Princeton University, Harry Hess, memperkenalkan teori Seafloor Spreading atau pergerakan dasar laut. Hess menjelaskan bahwa di bawah kerak bumi terdapat mateial yang memiliki suhu tinggi dan massa jensi rendah. Akibatnya, material ini naik ke punggung kerak samudera. Kemudian, material tersebut bergerak ke samping bersama dasar kerak samudera, menyebabkan bagian dasar kerak samudera menjauh dari punggung kerak samuderea dan membentuk patahan. Jika pergerakan dasar laut yang saling menjauh ini berlangsung secara berkelanjutan, benua yang awalnya bersambung (Pangea) akan terpisah menjadi dua, yaitu Laurasia dan Gondwana, dan tersu bergerak menjauh.

Teori Seafloor Spreading ini dapat menjelaskan bagaimana lembah dan gunung bawah laut terbentuk. Penelitian lain juga mendukung teori ini, seperti usia batuan pada punggung kerak samudra yang lebih tua daripada usia batuan pada dasar kerak. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan batuan di punggung kerak samudera merupakan hasil dari efek Seafloor Spreading.

 

3.        Teori Tektonik Lempeng

Pada tahun 1960, ilmuwan mengembangkan teori continental drift dan seafloor spreading, yang kemudian menghasilkan teori baru yang dikenal sebagai teori tektonik lempeng. Berdasarkan teori ini, bagian luar bumi terdiri dari litosfer yang dingin dan kaku, yang merupakan lempeng-lempeng, dan astenosfer yang bersifat plastis di bawah lempeng. Akibatnya, lempeng-lempeng seakan-akan mengapung da bergerak di atas astenosfer.

Lempeng-lempeng tersebtu dapat bergerak menjauh atau mendekat satu sama lain, yang mengakibatkan pembentukan berbagai bentuk permukaan bumi. Ada tiga jenis gerakan lempeng, yaitu:

 

a.      Pergerakan lempeng saling menjauh (Divergen)

Pergerakan lempeng yang menjauh satu sama lain mengakibatkan terbentuknya ruang kosong atau patahan. Dampak dari pergerakan ini termasuk pembentukan punggung tengah samudra (mid-ocean ridges) dan aktivitas vulkanisme di bawah laut. Contoh konkret dari pergerakan lempeng yang menjauh adalah pergereakan Benua Afrika dan Jazirah Arab yang menyebabkan pembentukan Laut merah.

Gambar. Pergerakan Divergen

b.      Pergerkan lempeng saling mendekati (Konvergen)

Pergerakan lempeng yang saling mendekat menghasilkan situasi di mana lempeng-lempeng bertabrakan satu sama lain. Gejala ini menyebebkan dua kejadian tuma, yaitu subduksi dan tabrakan antar lempeng benua. Subduksi terjadi ketika lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng benua, menyebabkan lempeng samudra masuk ke bawah lempeng benua dan mempentuk palung laut. Seiring dengan itu, pergerakan mendekat antara dua lempeng juga berdampak pada pembentukan gunung, seperti contohnya Gunung Everest yang terus meningkat tingginya karena pergerakan lempeng di bawahnya semakin mendekat dan bertumpuk.

Gambar. Pergerakan Konvergen

Selain itu, tabrakan antar lempeng benua juga berkontribusi pada pembentukan pegunungan, seperti yang terjadi pada Himalaya. Beberapa lempeng lain yang mengalami pergerakan konvergen melibatkan lempeng Indo – Australia dengan lempeng Filipina, serta lempeng Indo – Australia dengan lempeng Eurasia.

 

c.       Pergerakan lempeng saling perpapasan (Transform)

Gerakan lempeng yang bergeraka berlawanan arah yang saling berpapasan yang menghasilkan sesar mendatar. Gerakan dengan akumulasi energi yang besar menyebabkan gempa bumi dengan akumulasi energi yang besar menyebabkan gempa bumi dengan kedalaman dangkal. Salah satu contoh pergerakan transform terbesar di dunia adalah Patahan San Andreas di California Amerika Serikat yang panjangnya 1.300 km.

Gambar. Pergerakan Transform

Coontoh pergerakan transform di Indonesia adalah patahan yang sangat panjang dari Aceh sampai teluk Semangko Lampung. Patahan ini membentuk pegunungan barisan di Pulau Sumatera.

 

 

C.      Penyebab Terjadinya Pergerakan Lempeng

Ketika Anda memanaskan air hingga mencapai titik didih, perhatikan fenomena yang terjadi dengan seksama. Saat air mencapai titik didih, akan muncul gelembung-gelembung udara yang bergerak ke atas dan hilang di permukaan. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Prosesnya dimulai dengan pamanasan air, di mana air di bagian dasar panci berubah menjadi uap air (gelembung) dengan massa jenis yang lebih rendah. Seiring  massa jenis uap air yang lebih rendah di bandingkan air, gelembung tersebut akan naik ke permukaan, setelah mencapai permukaan, suhu uap air tersbut turun mengembaliannya kebantuk cair (air). Transmisi panas yang terjadi melalui proses ini disebut konveksi.

Peristiwa konveksi ini serupa dengan yang terjadi di bumi. Inti bumi, yang memiliki suhu hingga 6.0000C, memanaskan material di bagian bawah mantel bumi, menyebabkan massa jenisnya berkurang. Akibatnya, material matel bumi bergerak naik dari dasar ke permukaan mantel. Setelah mencapai permukaan, material tersebut mengalami penurunan suhu, meningkatkan massa jenisnya. Dengan massa jenis yang bertambah, material tersebut turun kembali ke dasar mantel. Di sana, material tersebut akan kembali terpapar panas dari inti bumi, memicu siklus konveksi yang berulang. Berdasarkan teori ini, ilmuwan berhipotesis bahwa konveksi di inti bumi menjadi pendorong utama pergerakan lempeng.

Ketika terjadi pergerakan lempeng, energi dilepaskan dalam bentuk gelombang seismik, dikenal sebagai gempa. Efek lain dari pergerakan lempeng dapat teramati pada kejadian erupsi gunung berapi atau perubahan pada suatu tempat setelah terjadinya gempa atau aktivitas gunung berapi.

 

D.      Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan suatu peristiewa getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat gerakan lempengan bumi, menyebabkan pelepasan energi mendadak dari dalam perut bumi. Biasanya, pelepasan energi ini diikuti dengan terbentuknya patahan atau sesar. Terjadinya patahan atau sesar tersebut disebabkan oleh pergerakan lempengan tektonik atau lapisan sesar tersebut disebabkan oleh pergerakan lempengan tektonik atau lapisan kerak bumi yang bertabrakan, bergeser, atau menyusuo satu sama lain (subduksi). Mayoritas gempa bumi berasal dari pelepaasan energi akibat tekanan yang terus meningkat seiring waktu, dan pada titik tertentu, takann tersebut tidak dapat lagi diatasi oleh tepi-tepi lempengan. Pada saat itulah gempa bumi terjadi. Gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi dikenal sebagai gempa bumi tektonik.

Selain gempa tektonik, gempa bumi juga dapat dipicu oleh faktor-faktor lainnya. Jenis-jenis gempa bumi berdasarkan penyebabnya meliputi.

1.      Gempa bumi vulkanik disebabkan oleh pergerakan magma dalam gunung berapi yang terjadi akibat tekanan gas di dalamnya.

2.      Gempa bumi runtuhan umumnya terjadi di daerah kapur atau area pertambangan, sering kali dipicu oleh tanah longsor, dan cenderung bersifat lokal

3.      Gempa bumi tumbukan dihasilkan oleh jatuhnya benda langit besar dan berat, seperti meteorit atau asteroid, meskipun jenis gempa ini jarang terjadi

4.      Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang dipicu oleh aktivitas manusia, seperti peledakan dinamit, uji nuklir, atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

Sebuah titik di dalam bumi yang menjadi pusat gempa disebut hiposentrum, sementara permukaan bumi di atas hiposentrum disebut episentrum. Ilmuwan yang mempelajari gempa bumi disebut ahli seismologi, dan alat yang digunakan untuk merekam data gelombang seismik disebut seismograf.

Skala kekuatan gempa, atau magnitude, dalam sebuah daerah diukur menggunakan Skala Richter. Pengukuran ini berdasarkan ampliduto atau grafik gelombang seismik yang terlihat pada seismogram. Skala Richter memberikan indikasi seberapa besar energi yang dilepaskan oleh gempa tersebut.

Gempa dikategorikan seperti pada tabel dibawah.

Tabel. Kategori gempa berdasarkan besarnya magnitude dan kerusaan yang ditimbulkan

Magnitude

Deskripsi

Efek Gempa Bumi

Frkuensi terjadinya

Di bawah 2.0

Micro

Tidak terasa

Terus menerus

2.0 – 2.9

Minor

Biasanya tidak terasa, tetapi tercatat

1.300.000 kejadian per tahun (perkiraan)

3.0 – 3.9

Gempa tersebut sering terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan yang signifikan. Masyarakat di sekitar pusat gempa merasakannya, dan ada indikasi seperti lampu gantung yang mulai bergerak atau bergoyang

130.000 kejadian per tahun (perkiraan)

4.0 – 4.9

Ringan

Getaran gempa terasa sangat kuat di dalam ruangan. Jendela bergetar, permukaan air beriak-riak, dan terdapat kemungkinan pintu terbuka-tutup sendiri akibat kekuatan gempa tersebut.

13.000 kejadian per tahun (perkiraan)

5.0 – 5.9

Sedang

Gempa ini menyebabkan kerusakan pada bangunan yang kurang kokoh. Sulit untuk tetap berdiri tegak, dan terjadi kerusakan serius sperti pecahnya kaca, runtuhnya dinding yang lemah, dan terbentuknya gelombang air pada permukaan daratan.

1319 kejadian per tahun

6.0 – 6.9

Strong

Gempa ini menyebabkan kerusakan dalam radius area sekitar 160 km. Batu-batu runtuh bersama-sama, bangunan berintkat tinggi mengalami keruntuhan, bangunan yang kurang kokoh roboh, dan terjadi retakan di dalam tanah.

134 kejadian per tahun

7.0 – 7.9

Major

Gempa ini menyebabkan kerusakan yang sangat serius pada area yang luas. Contohnya, terjadi tanah longsor, jembatan roboh, kerusakan dan kehancuran bendungan. Beberapa bangunan mungkin tetap berdiri, tetapi ada keretakan besar di tanah, dan rel kereta api juga mengalami kerusakan.

15 kejadian per tahun

8.0 – 8.9

Great

Gempa ini menyebabkan kerusakan yang sangat serius dalam radius 100 kilometer dari pusat gempa.

1 kejadian per tahun

9.0 – 9.9

Gempa ini menyebabkan kehancuran dalam radius ribuan kilometer dari pusat gempa.

1 kejadian per 10 tahun (perkiraan)

10.0+

Massive

Belum pernah tercatat. Kehancuran melibatkan wilayah yang sangat luas

Sangat jarang. (tidak diketahui)

 

Beberapa bencana yang terjadi pasca Gempa Bumi, antara lain:

1.      Gempa susulan

Gempa susulan adalah gempa bumi yang terjadi di wilayah yang sama dengan gempa utama, namun memiliki magnitudo yang lebih kecil. Meskipun memiliki kekuatan yang lebih rendah, gempa susulan tetap dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan yang sudah rusak akibat gempa utama.

2.      Tsunami

Kerusakan akiat gempa bumi yang disebabkan oleh gelombang yang merambat di permukaan bumi. Saat gempa terjadi di dasar laut, pergerakan lempeng dapat mendorong air laut ke atas, menghasilkan gelombang air laut dengan energi yang kuat yang dikenal sebagai tsunami. Sebelum gelombang tsunam mencapai pantai, terjadi surut sejenak pada air laut di pantai. Fenomena ini menjadi tanda peringatan akan potensi bahaya gelombang tsunami. Berbagai penyeban terjadinya gelombang tsunami dapat ditemukan pada gambar berikut.

Gambar. Penyebab terjadinya tsunami

 

E.       Gunung Berapi

Pernahkah kalian berlibur ke puncak gunung? Di daerah jawa tengah tepatnya di kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes. Pemandangan yang sangat indah gunung slamet seperti tampak pada gambar. Gunung Slamet merupakan conto dari gunung berapi.

Gambar. Gunung Slamet

Gunung berapi terbentuk akibat pertemuan dua lempeng Bumi, di mana bagian lempeng yang tenggelam memiliki ketinggian yang signifikan. Bagian cair dari lempeng yang tenggelam ini menambah suplai magma dalam perut Bumi. Magma yang terbentuk memiliki massa jenis lebih rendah daripada batuan di sekitarnya, sehingga terdorong ke atas menuju permukaan bumi. Naiknya magma ke permukaan ini memicu erupsi, dan ketika mencapai permukaan bumi, magma disebut juga sebagai lava. Gunung berapi memiliki kawah, yaitu lubang berbentuk melingkar di daerah puncaknya.

Aktivitas lempeng dapat mebentuk serangkaian gunung berapi yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Cincin Api Pasifik adalah area di sekitar samudra Pasifik yang terkenal karena pusat gempa dan rangkaian gunung berapi. Hampir 90% pusat gempa dunia terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik. Indonesai berada dalam wilayah Cincin Api pasifik, sehingga memiliki banyak gunung berapi.

1.      Peristiwa Erupsi

Gambar. Proses Erupsi

Erupsi terjadi karena adanya tekanan gas yang kuat dari dalam bumi yang secara terus-menerus mendorong magma ke permukaan seperti gambar (a). Magma yang memiliki suhu sekitar 1.2000C dapat melelehkan batuan di sekitarnya. Akibatnya, terjadi penumpukan magma dan peningkatan tekanan udara dari dalam bumi, menyimpan energi besar untuk mendorong magma keluar (b).

Bahan yang dilepaskan saat gunung meletus melibatkan material padat, cair, fan gas, sebagaimana ditunjukan pada gambar c. letusan gunung berapi menghasilkan material padat seperti batuan dan mineral dari dalam bumi, lava, lahar, dan gas beracun seperti Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida (NO2). Lahar adalah campuran lava, batuan, air, dan bahan lainnya. Selain itu, letusan gunung berapi juga menciptakan awan panas (aliran piroklastik) yang dikenal sebagai “wedhus gembel”. Awan panas terdiri dari batuan pijar, gas panas, dan bahan lainnya, dengan suhu mencapai 7000C. Awan panas mengalir ke bawah lereng gunung api dengan kecepatan mencapai 200 km/jam.

 

2.      Tingkatan Satatus Gunung Berapi

Berikut tingkatan status gunung berapi  menurut Badan Geologi Kementerian ESDM:

Tabel. Tingkatan stasus gunung berapi

Status

Makna

Tindakan

AWAS

Tanda-tanda bahwa gunung berapi akan segera meletus, sedang meletus, atau mengalami keadaan kritis yang dapat menimbulkan bencana, dapat dikenali dari gejala-gejala tertentu. Awal letusan pembukaan seringkali ditandai dengan munculnya debu dan asap. Ada kemungkinan letusan terjadi dalam kurun waktu 24 jam setelah gejala ini muncul.

·       Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan

·       Koordinasi delakukan secara harian

·       Piket penuh

SIAGA

Tanda-tanda bahwa gunung berapi sedang menuju letusan atau potensi bencana adalah peningkatan intensitas aktivitas seismik. Semua informasi yang ada menunjukan bahwa aktivitas tersebut bisa segera mengarah ke letusan atau keadaan yang dapat menimbulkan bencana. Apabila tren peningkatan berlanjut, kemungkinan letusan dapat terjadi dalam kurun waktu dua minggu.

·       Sosialisasi di wilayah terancam

·       Penyiapan secara darurat

·       Koordinasi harian

·       Piket penuh

WASPADA

Terjadi aktivitas apapun dalam bentuknya, dengan peningkatan aktivitas di atas tingkat normal. Peningkatan aktivitas seismik dan kejaian vulkanis lainnya terjadi, menunjukan sedikit perubahan dalam aktivitas yang disebabkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal.

·       Penyuluhan/sosialisasi

·       Penilaian bahaya

·       Pengecekan sarana

·       Pelaksanaan tiket terbatas

NORMAL

Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma level aktivitas dasar

·       Pengamatan rutin

·       Survey dan penyelidikan

 

3.      Manfaat Gunung Berapi

Meskipun sering dianggap sebagai ancaman yang dapat menimbulkan bencana, gunung berapi juga memberikan sejumlah manfaat yang signifikan bagi kehidupan manusia. Manfaat gunung berapi bagi kehidupan manusia dan alam adalah sebagai berikut.

a.      Membuat tanah subur

Material yang dikeluarkan saat gunung berapi meletus seperti pasir, batu, dan kerikil, dapat memperkaya nutrisi tanah dan membuatnya lebih subur. Tanah yang subur ini penting untuk pertanian dan pertumbuhan tanaman.

b.      Menghasilkan bahan mentah

Gunung berapi menghasilkan berbagai material seperti batu, pasir, dan kerikil yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah. Material ini dapat digunakan dalam industri konstruksi dan manufaktur untuk membuat bahan bangunan, seperti batu bata dan beton.

c.       Sumber penyimpanan air

Gunung berapi memiliki peran penting dalam menyimpan air. Sebagian besar sumber air tawar dunia tersimpan di daerah pegunungan. Air yang disimpan di gunung berapi dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, pertanian, dan kebutuhan industri.

d.      Keanekaragaman hayati yang tinggi

gunung berapi sering menjadi tempat tinggal bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas dan unik. Keanekaragaman hayati di gunung berapi penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan alam.

e.       Objek wisata

Gunung berapi sering menjadi objek wisata yang populer. Pemandangan alam yang indah, pendakiana, dan kegiatan lainnya menerik banyak wisatawan. Pariwisata gunung berapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

f.       Sumber energi

Gunugn berapi dapat menjadi sumber energi panas yang digunakan untuk pembangkit listrik geothermal. Energi geothermal ini merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan

g.      Menjaga keseimbangan ekosistem

Gunung berapi memiliki peran dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka membantu dalam siklus nutrisi dan menjaga keberlanjutan alam.

 

F.       Pengurangan Resiko dari Bencana Alam Kebumian

1.      Pengurangan Resiko Gempa Bumi dan Tsunami

a.      Siaga sebelum terjadi

·      Konstruksi rumah dibangun tahan gempa

·      Memeriksa stabilitas benda yang menggantung, seperti lampu, dan sejenisnya

·      Memahami lingkungan sekitar dengan baik

·      Menempatkan benda berat dan mudah pecah di bagian bawah

·      Selalu memiliki persediaan P3K, senter, dan makanan sebagai kebutuhan darurat

b.      Siaga saat terjadi

·      Saat berada di dalam ruangan, mencari perlindungan dari reruntuhan, seperti bersembunyi di bawah meja atau tempat tidur.

·      Saat berada di luar ruangan, tetap berada di luar dan menjauh dari bangunan yang mungkin roboh akibat gempa

·      Jika berada di dalam kendaraan, keluar dan mencari tempat terbuka

·      Mejauhi pantai karena dapat terjadi Tsunami.

·      Jika berada di pegunungan, menjauh dari daerah yang berpotensi longsor

c.       Siaga setelah terjadi gempa

·      Evakuasi dengan tertib, menutup mulut dan hidung menggunakan kain atau masker untuk melindungi dari debu reruntuhan.

·      Memantau sekitar apakah terjadi kebakaran, kebocoran gas, atau korsleting listrik

·      Hindari berjalan di wilayah yang terkena gempa karena ada risiko reruntuhan

·      Mengisi formulir dari lembaga terkait untuk menilai tingkat kerusakan yang disebabkan oleh gempa

·      Mengukiti informasi terkait gempa, termasuk kemungkinan gempa susulan atau ancaman tsunami

·      Menyampaikan doa kepada Tuhan Yang Maha Essa secara terus menerus.

 

2.      Pengurangan Resiko Erupsi Gunung Berapi

a.      Pra Bencana

·      Memperhatikan arahan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait dengan perkembangan aktivitas gunungapi

·      Persiapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengantisipasi debu vulkanik

·      Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang.

·      Mempersiapkan skenario evakuasi lain apabila dampak letusan meluas di luar prediksi ahli

·      Persiapkan dukungan logistik (Makanan siap saji dan minuman Lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai secukupnya, Obat-obatan khusus sesuai pemakai.

b.      Saat Bencana

·      Pastikan anda sudah berada di shelter atau tempat lain yang aman dari dampak letusan

·      Gunakan masker dan kacamata pelindung

·      Selalu memperhatikan arahan dari pihak berwenang selama berada di shelter

c.       Pasca Bencana

·      Apabila anda dan keluarga harus tinggal lama di shelter, pastikan kebutuhan dasar terpenuhi dan pendampingan khusus bagi anak-anak dan remaja diberikan

·      Tetap gunakan masker dan kacamata pelindung ketika berada di wilayah yang terdampak abu vulkanik

·      Memperhatikan perkembangan informasi dari pihak berwenang

·      Waspada terhadap kemungkinan bahaya banjir lahar dingin.

Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Postingan Populer

Arsip Blog