Materi IPA Kelas 8 Bab 10 Struktur Bumi dan Mitigasi
Bencana
Apersepsi
Ketika mendengar istilah gempa bumi, apa yang terlintas dipikiran
kalian? Pernahkan kalian merasakan gempa bumi? Bagaimana dampak dari gempa bumi
tersebut? Kerusakan yang timbul akibat dari gempa bumi sangatlah besar,
misalnya hancurnya rumah, gedung hingga kematian jiwa.
Sebagian besar gempa bumi terjadi ketika lempengan-lempengan bumi
mengalami pergerakan relatif. Lempengan ini dapat berupa lempeng samudra atau
lempeng benua. Saat lempengan ini bergerak, tejadi gesekan dan tumbukan antara
mereka, menghasilkan gelombang kejut yang kita kenal sebagai gempa bumi. Jepang
dan Indonesia termasuk negara yang sangat rentan terhadap gempa bumi karena
letak geografisnya berada di jalur pertemuan lempeng tektonik. Bagaimana
sebaiknya kita mengantisipasi gempa bumi dan mengurangi dampaknya?
Pertimbangkanlah strategi yang dapat diimplementasikan untuk menghadapi potensi
bencana ini.
Gambar. Rumah Warga Desa Tanalum Kabupaten Purbalingga
Rusak akibat Gempa
Materi pada bam ini akan membahas karaketeristik struktur bumi, teori
tektonik lempeng, penyebab dan dampak gempa bumi, manfaat gunung berapi, serta
langkah-langkah penyelamatan diri ketika terjadi bencana kebumian. Mari belajar
dengan semangat tinggi untuk memahami dan menghadapi fenomena dan menghadapi
fenomena alam ini dengan bijak!
A. Struktur Bumi
Setiap benda mempunyai struktur dan lapisan yang berbeda-beda. Sebagai
contoh bawang merah, telur dan jeruk sperti yang ditunjukan pada gambar.
|
|
|
Gambar. Bawang merah, telur dan jeruk
Berdasarkan gambar pada benda-benda tersebut, ternyata terdapat beberapa
lapisan yang berbeda-beda. Menurut kalian, bagaimana dengan bumi? Apakah
terdiri atas lapisan-lapisan tertentu juga? Apakah di dalam perut bumi ini isi
atau kosong?.
Bumi merupakan planet yang menjadi tempat tinggal makhluk hidup dan
segala yang diperlukan, untuk membantu kehidupan. Bumi merupakan salah satu
dari delapan planet yang ada di Galaksi Bima Sakti yang menempati urutan ketiga
dari pusat tata surya setelah Merkurius dan Venus
Gambar. Urutan planet-planet dalam teta surya
Bentuk bumi bulat seperti bola, namun bila di “belah” tidak seperti bola
yang tengahnya kosong. Bumi memliki beberapa lapisan. Berikut lapisan bumi dari
dalam ke luar.
Gambar. Lapisan Bumi
1.
Inti Dalam Bumi
Lapisan yang terdalam dari bumi adalah inti bumi. Kedalaman lapisan ini
antara 5.100 – 6.400 km. Lapisan ini memiliki suhu tertinggi antara 5.000 –
7.0000C. Inti dalam bumi terbentuk dari materi sebagian besar NiFe
(nikel dan besi) dan juga belerang, karbon dan oksigen serta silikon dan kalium
dalam jumlah sedikit. Inti dalam memiliki tekanan yang sangat tinggi yang
mengakibatkan lapisan ini dalam bentuk padatan.
2.
Inti Luar Bumi
Lapisan inti luar bumi merupakan satu-satunya lapisan bumi dalam bentuk
cairan pekat (magma) dengan komposisi besi dan nikel. Kedalaman lapisan ini
antara 2.900 – 5.100 km. Lapisan ini memiliki suhu antra 3.800 – 6.0000C.
Sebagai akibat dari suhu tinggi inti dalam bumi maka magma akan mencari celah
untuk keluar dari dalam bumi.
3.
Lensa
Lapisan ketiga dari dalam bumi adalah lapisan selimut atau selubung bumi
atau mantel bumi. Lapisan ini merupakan lapisan paling tebal diantara
lapisan-lapisan lainnya. Fungsi dari manterl bumi adalah menyelubungi bagian
inti bumi dan merupakan bagian terbesar dari bumi. Suhu pada lapisan ini
diperkirakan sekitar 2.5000C. Lapisan mantel bumi terdiri atas 3
bagian, antara lain Lithosfer, Astenosfer, dan Mesosfer.
a. Lithosfer
Merupakan lapisan teratas
dari lapisan mantel bumi yang memiliki ketekbaln 50 – 500 km. Lithosfer
merupakan gabungan antara kerak bumi dan lapisan mantel bumi terluar. Lithosfer
mengandung Silisium, Besi, dan Aluminium berbentuk padat.
b. Astenosfer
Merupakan lapisan
pada mantel bumi di bwah lithosfer dengan ketebalan 130 – 160 km. lapisan ini
berbentuk padatan plastis, mengandung Silisium, Aluminium, dan Magensium.
c. Mesosfer
Merupakan laspisan
yang tebalnya 2.400 – 2.750 km, mengandung Silisium dan Magnesium.
Gambar. Mantel Bumi
4.
Kerak Bumi
Lapisan paling luar dari bumi disebut dengan kerak bumi. Lapisan ini
terdiri atas tanah dan bebatuan. Lapisan ini menjadi tempat tinggal seluruh
makhluk hidup di bumi. Kerak bumi merupakan bagian yang paling tipis dari
keseluruhan volume bumi. Kerak bumi membentuk kerak samudera - samudera dan
kerak benua - benua.
a. Kerak benua
Merupakan lapisan padat yang terdiri dari batuan beku granit pada bagian
atasnya dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Ketebalan kerak ini 30 –
70 km. Kerak ini yang sering kita sbut sebagai benua. Kerak ini banyak
mengandung Silisium dan Alumunium (SiAl)
b. Kerak samudera
Merupakan lapisan padat yang terdiri dari endapan laut pada bagian atas,
kemudian di bawahnya batuan-batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari
batuan beku. Kerak ini memiliki ketebalan antara 6 – 11 km. Kerak ini banyak
mengandung Silisium dan Magnesium (SiMa).
B. Asal Usul Teori
Tektonik Lempeng
1.
Teori Pergerakan Benua (Continental Drift)
Gambar. Peta Dunia
Apabila kalian memotong gambar masing-masing benua pada gambar, ternyata
potongan-potongan benua tersebut membentuk kesatuan seperti puzzle.
Beredasarkan fakta-fakta tersebut, seorang ahli meteoroli Jerman, Alfred
Wegener, pada tahun 1915 mengusulkan suatu konsep yang dikenal sebagai teori
pergeseran benua (Continental Drift).
Dalam teorinya, Wegener menguraikan
bahwa pada masa lalu, semua benua di Bumi bersatu mebentuk sebuah massa daratan
yang sangat besar yang disebut Pangea. Sekitar 200 juta tahun yang lalu,
benua-benua ini mulai berpisah dan bergerak menjauh satu sama lain secara
perlahan. Pangea kemudian terpecah menjadai dua benua besar.
1.
Daratan Gondwana
yang terdiri dari Australia, Antartika, Amerika Selatan, Afrika, dan India.
2.
Daratan Laurasia
yang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, dan sebagian bear negara Asia.
Selai dari fakta mengenai benua yang menyerupai puzzle, penemuan fosil
juga memberikan dukungan kepada teori pergeseran benua. Salah satu contoh
konkrenya adalah penemuan fosil Mesosaurus di Amerika Selatan dan di Afrika.
Penting untuk dicatat bahwa Amerika Selatan dan Afrika saat ini terletak pada
benua yang berbeda.
Mesosaurus merupakan jenis reptil yang dapat hidup di daratan dan air
tawar. Wegener berpendapat bahwa Mesosaurus tidak mungkin melakukan perjalanan
berenang di lautan untuk mencapai benua lain. Oleh karena itu, Wegener
menyimpulkan bahwa Mesosaurus harus telah hidup di benua tersebut pada masa
ketika benua-benua masih bersatu.
Selain fosil Mesosaurus, penemuan fosil lainnya turut mendukung teori
pergeseran lempeng. Beberapa contoh penemuan fosil tersebut meliputi:
1.
Fosil Cynognathus
yang ditemukan di Amerika Selatan dan Afrika
2.
Fosil Lystrosaurus
yang ditemukan di Afrika, India, dan Antartika
3.
Fosul tumbuhan
Glossopteris yang ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan
Australia.
Fakta lainnya dapat diamati dari kesamaan jenis batuan di pegunungan
Appalachian di Amerika Serikat dengan batuan di Greenland dan Eropa Barat.
Selanjutnya, terdapat kesamaan dalam jenis batuan di Amerika Selatan dan
Afrika. Meskipun demikian, teori pergeseran benua yang diperkenalkan oleh
Wegener tidak dapat sepenuhnya menjelaskan mekanisme bagaimana benua-benua
berpisah dan bergerak menjauh satu sama lain.
2.
Teori Pergerakan Dasar Laut (Seafloor Spreading)
Pada awal tahun 1960, ilmuwan dari Princeton University, Harry Hess,
memperkenalkan teori Seafloor Spreading
atau pergerakan dasar laut. Hess menjelaskan bahwa di bawah kerak bumi terdapat
mateial yang memiliki suhu tinggi dan massa jensi rendah. Akibatnya, material
ini naik ke punggung kerak samudera. Kemudian, material tersebut bergerak ke
samping bersama dasar kerak samudera, menyebabkan bagian dasar kerak samudera
menjauh dari punggung kerak samuderea dan membentuk patahan. Jika pergerakan
dasar laut yang saling menjauh ini berlangsung secara berkelanjutan, benua yang
awalnya bersambung (Pangea) akan terpisah menjadi dua, yaitu Laurasia dan
Gondwana, dan tersu bergerak menjauh.
Teori Seafloor Spreading ini
dapat menjelaskan bagaimana lembah dan gunung bawah laut terbentuk. Penelitian
lain juga mendukung teori ini, seperti usia batuan pada punggung kerak samudra
yang lebih tua daripada usia batuan pada dasar kerak. Hal ini membuktikan bahwa
keberadaan batuan di punggung kerak samudera merupakan hasil dari efek Seafloor Spreading.
3.
Teori Tektonik Lempeng
Pada tahun 1960, ilmuwan mengembangkan teori continental drift dan seafloor
spreading, yang kemudian menghasilkan teori baru yang dikenal sebagai teori
tektonik lempeng. Berdasarkan teori ini, bagian luar bumi terdiri dari litosfer
yang dingin dan kaku, yang merupakan lempeng-lempeng, dan astenosfer yang
bersifat plastis di bawah lempeng. Akibatnya, lempeng-lempeng seakan-akan
mengapung da bergerak di atas astenosfer.
Lempeng-lempeng tersebtu dapat bergerak menjauh atau mendekat satu sama
lain, yang mengakibatkan pembentukan berbagai bentuk permukaan bumi. Ada tiga
jenis gerakan lempeng, yaitu:
a. Pergerakan lempeng
saling menjauh (Divergen)
Pergerakan lempeng yang menjauh satu sama lain mengakibatkan
terbentuknya ruang kosong atau patahan. Dampak dari pergerakan ini termasuk
pembentukan punggung tengah samudra (mid-ocean ridges) dan aktivitas vulkanisme
di bawah laut. Contoh konkret dari pergerakan lempeng yang menjauh adalah
pergereakan Benua Afrika dan Jazirah Arab yang menyebabkan pembentukan Laut
merah.
Gambar. Pergerakan
Divergen
b. Pergerkan lempeng
saling mendekati (Konvergen)
Pergerakan lempeng yang saling mendekat menghasilkan situasi di mana
lempeng-lempeng bertabrakan satu sama lain. Gejala ini menyebebkan dua kejadian
tuma, yaitu subduksi dan tabrakan antar lempeng benua. Subduksi terjadi ketika
lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng benua, menyebabkan lempeng samudra
masuk ke bawah lempeng benua dan mempentuk palung laut. Seiring dengan itu,
pergerakan mendekat antara dua lempeng juga berdampak pada pembentukan gunung,
seperti contohnya Gunung Everest yang terus meningkat tingginya karena
pergerakan lempeng di bawahnya semakin mendekat dan bertumpuk.
Gambar. Pergerakan Konvergen
Selain itu, tabrakan antar lempeng benua juga berkontribusi pada
pembentukan pegunungan, seperti yang terjadi pada Himalaya. Beberapa lempeng
lain yang mengalami pergerakan konvergen melibatkan lempeng Indo – Australia
dengan lempeng Filipina, serta lempeng Indo – Australia dengan lempeng Eurasia.
c. Pergerakan lempeng
saling perpapasan (Transform)
Gerakan lempeng yang bergeraka berlawanan arah yang saling berpapasan
yang menghasilkan sesar mendatar. Gerakan dengan akumulasi energi yang besar
menyebabkan gempa bumi dengan akumulasi energi yang besar menyebabkan gempa
bumi dengan kedalaman dangkal. Salah satu contoh pergerakan transform terbesar
di dunia adalah Patahan San Andreas di California Amerika Serikat yang
panjangnya 1.300 km.
Gambar. Pergerakan Transform
Coontoh pergerakan transform di Indonesia adalah patahan yang sangat
panjang dari Aceh sampai teluk Semangko Lampung. Patahan ini membentuk
pegunungan barisan di Pulau Sumatera.
C. Penyebab Terjadinya
Pergerakan Lempeng
Ketika Anda memanaskan air hingga mencapai titik didih, perhatikan
fenomena yang terjadi dengan seksama. Saat air mencapai titik didih, akan
muncul gelembung-gelembung udara yang bergerak ke atas dan hilang di permukaan.
Bagaimana hal ini dapat terjadi? Prosesnya dimulai dengan pamanasan air, di
mana air di bagian dasar panci berubah menjadi uap air (gelembung) dengan massa
jenis yang lebih rendah. Seiring massa
jenis uap air yang lebih rendah di bandingkan air, gelembung tersebut akan naik
ke permukaan, setelah mencapai permukaan, suhu uap air tersbut turun
mengembaliannya kebantuk cair (air). Transmisi panas yang terjadi melalui
proses ini disebut konveksi.
Peristiwa konveksi ini serupa dengan yang terjadi di bumi. Inti bumi,
yang memiliki suhu hingga 6.0000C, memanaskan material di bagian
bawah mantel bumi, menyebabkan massa jenisnya berkurang. Akibatnya, material
matel bumi bergerak naik dari dasar ke permukaan mantel. Setelah mencapai
permukaan, material tersebut mengalami penurunan suhu, meningkatkan massa
jenisnya. Dengan massa jenis yang bertambah, material tersebut turun kembali ke
dasar mantel. Di sana, material tersebut akan kembali terpapar panas dari inti
bumi, memicu siklus konveksi yang berulang. Berdasarkan teori ini, ilmuwan
berhipotesis bahwa konveksi di inti bumi menjadi pendorong utama pergerakan
lempeng.
Ketika terjadi pergerakan lempeng, energi dilepaskan dalam bentuk
gelombang seismik, dikenal sebagai gempa. Efek lain dari pergerakan lempeng
dapat teramati pada kejadian erupsi gunung berapi atau perubahan pada suatu
tempat setelah terjadinya gempa atau aktivitas gunung berapi.
D. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan suatu peristiewa getaran yang terjadi di permukaan
bumi akibat gerakan lempengan bumi, menyebabkan pelepasan energi mendadak dari
dalam perut bumi. Biasanya, pelepasan energi ini diikuti dengan terbentuknya
patahan atau sesar. Terjadinya patahan atau sesar tersebut disebabkan oleh
pergerakan lempengan tektonik atau lapisan sesar tersebut disebabkan oleh pergerakan
lempengan tektonik atau lapisan kerak bumi yang bertabrakan, bergeser, atau
menyusuo satu sama lain (subduksi). Mayoritas gempa bumi berasal dari
pelepaasan energi akibat tekanan yang terus meningkat seiring waktu, dan pada
titik tertentu, takann tersebut tidak dapat lagi diatasi oleh tepi-tepi
lempengan. Pada saat itulah gempa bumi terjadi. Gempa yang disebabkan oleh
pergeseran lempeng bumi dikenal sebagai gempa
bumi tektonik.
Selain gempa tektonik, gempa bumi juga dapat dipicu oleh faktor-faktor
lainnya. Jenis-jenis gempa bumi berdasarkan penyebabnya meliputi.
1.
Gempa bumi
vulkanik disebabkan oleh pergerakan magma dalam gunung berapi yang terjadi
akibat tekanan gas di dalamnya.
2.
Gempa bumi
runtuhan umumnya terjadi di daerah kapur atau area pertambangan, sering kali
dipicu oleh tanah longsor, dan cenderung bersifat lokal
3.
Gempa bumi
tumbukan dihasilkan oleh jatuhnya benda langit besar dan berat, seperti
meteorit atau asteroid, meskipun jenis gempa ini jarang terjadi
4.
Gempa bumi buatan
adalah gempa bumi yang dipicu oleh aktivitas manusia, seperti peledakan
dinamit, uji nuklir, atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Sebuah titik di dalam bumi yang menjadi pusat gempa disebut hiposentrum,
sementara permukaan bumi di atas hiposentrum disebut episentrum. Ilmuwan yang
mempelajari gempa bumi disebut ahli
seismologi, dan alat yang digunakan untuk merekam data gelombang seismik
disebut seismograf.
Skala kekuatan gempa, atau magnitude, dalam sebuah daerah diukur
menggunakan Skala Richter.
Pengukuran ini berdasarkan ampliduto atau grafik gelombang seismik yang
terlihat pada seismogram. Skala Richter memberikan indikasi seberapa besar
energi yang dilepaskan oleh gempa tersebut.
Gempa dikategorikan seperti pada tabel dibawah.
Tabel. Kategori
gempa berdasarkan besarnya magnitude dan kerusaan yang ditimbulkan
Magnitude |
Deskripsi |
Efek Gempa Bumi |
Frkuensi terjadinya |
Di bawah 2.0 |
Micro |
Tidak terasa |
Terus menerus |
2.0 – 2.9 |
Minor |
Biasanya tidak terasa, tetapi tercatat |
1.300.000
kejadian per tahun (perkiraan) |
3.0 – 3.9 |
Gempa tersebut sering terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan yang
signifikan. Masyarakat di sekitar pusat gempa merasakannya, dan ada indikasi
seperti lampu gantung yang mulai bergerak atau bergoyang |
130.000
kejadian per tahun (perkiraan) |
|
4.0 – 4.9 |
Ringan |
Getaran gempa terasa sangat kuat di dalam ruangan. Jendela bergetar,
permukaan air beriak-riak, dan terdapat kemungkinan pintu terbuka-tutup
sendiri akibat kekuatan gempa tersebut. |
13.000
kejadian per tahun (perkiraan) |
5.0 – 5.9 |
Sedang |
Gempa ini menyebabkan kerusakan pada bangunan yang kurang kokoh. Sulit
untuk tetap berdiri tegak, dan terjadi kerusakan serius sperti pecahnya kaca,
runtuhnya dinding yang lemah, dan terbentuknya gelombang air pada permukaan
daratan. |
1319 kejadian per tahun |
6.0 – 6.9 |
Strong |
Gempa ini menyebabkan kerusakan dalam radius area sekitar 160 km.
Batu-batu runtuh bersama-sama, bangunan berintkat tinggi mengalami
keruntuhan, bangunan yang kurang kokoh roboh, dan terjadi retakan di dalam tanah. |
134 kejadian per tahun |
7.0 – 7.9 |
Major |
Gempa ini menyebabkan kerusakan yang sangat serius pada area yang
luas. Contohnya, terjadi tanah longsor, jembatan roboh, kerusakan dan
kehancuran bendungan. Beberapa bangunan mungkin tetap berdiri, tetapi ada
keretakan besar di tanah, dan rel kereta api juga mengalami kerusakan. |
15 kejadian per tahun |
8.0 – 8.9 |
Great |
Gempa ini menyebabkan kerusakan yang sangat serius dalam radius 100
kilometer dari pusat gempa. |
1 kejadian per tahun |
9.0 – 9.9 |
Gempa ini menyebabkan kehancuran dalam radius ribuan kilometer dari
pusat gempa. |
1 kejadian per 10 tahun (perkiraan) |
|
10.0+ |
Massive |
Belum pernah tercatat. Kehancuran melibatkan wilayah yang sangat luas |
Sangat jarang. (tidak diketahui) |
Beberapa bencana
yang terjadi pasca Gempa Bumi, antara lain:
1. Gempa susulan
Gempa susulan adalah gempa bumi yang terjadi di wilayah yang sama dengan
gempa utama, namun memiliki magnitudo yang lebih kecil. Meskipun memiliki
kekuatan yang lebih rendah, gempa susulan tetap dapat menyebabkan kerusakan
pada bangunan-bangunan yang sudah rusak akibat gempa utama.
2. Tsunami
Kerusakan akiat gempa bumi yang disebabkan oleh gelombang yang merambat
di permukaan bumi. Saat gempa terjadi di dasar laut, pergerakan lempeng dapat
mendorong air laut ke atas, menghasilkan gelombang air laut dengan energi yang
kuat yang dikenal sebagai tsunami. Sebelum gelombang tsunam mencapai pantai,
terjadi surut sejenak pada air laut di pantai. Fenomena ini menjadi tanda
peringatan akan potensi bahaya gelombang tsunami. Berbagai penyeban terjadinya
gelombang tsunami dapat ditemukan pada gambar berikut.
Gambar. Penyebab terjadinya tsunami
E. Gunung Berapi
Pernahkah kalian berlibur ke puncak gunung? Di daerah jawa tengah
tepatnya di kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes. Pemandangan yang sangat indah gunung
slamet seperti tampak pada gambar. Gunung Slamet merupakan conto dari gunung
berapi.
Gambar. Gunung Slamet
Gunung berapi terbentuk akibat pertemuan dua lempeng Bumi, di mana
bagian lempeng yang tenggelam memiliki ketinggian yang signifikan. Bagian cair
dari lempeng yang tenggelam ini menambah suplai magma dalam perut Bumi. Magma
yang terbentuk memiliki massa jenis lebih rendah daripada batuan di sekitarnya,
sehingga terdorong ke atas menuju permukaan bumi. Naiknya magma ke permukaan
ini memicu erupsi, dan ketika mencapai permukaan bumi, magma disebut juga
sebagai lava. Gunung berapi memiliki kawah, yaitu lubang berbentuk melingkar di
daerah puncaknya.
Aktivitas lempeng dapat mebentuk serangkaian gunung berapi yang dikenal
sebagai Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Cincin Api Pasifik adalah area di
sekitar samudra Pasifik yang terkenal karena pusat gempa dan rangkaian gunung
berapi. Hampir 90% pusat gempa dunia terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik.
Indonesai berada dalam wilayah Cincin Api pasifik, sehingga memiliki banyak
gunung berapi.
1. Peristiwa Erupsi
Gambar. Proses Erupsi
Erupsi terjadi karena adanya tekanan gas yang kuat dari dalam bumi yang
secara terus-menerus mendorong magma ke permukaan seperti gambar (a). Magma
yang memiliki suhu sekitar 1.2000C dapat melelehkan batuan di
sekitarnya. Akibatnya, terjadi penumpukan magma dan peningkatan tekanan udara
dari dalam bumi, menyimpan energi besar untuk mendorong magma keluar (b).
Bahan yang dilepaskan saat gunung meletus melibatkan material padat,
cair, fan gas, sebagaimana ditunjukan pada gambar c. letusan gunung berapi
menghasilkan material padat seperti batuan dan mineral dari dalam bumi, lava,
lahar, dan gas beracun seperti Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur
dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida (NO2). Lahar adalah
campuran lava, batuan, air, dan bahan lainnya. Selain itu, letusan gunung
berapi juga menciptakan awan panas (aliran piroklastik) yang dikenal sebagai
“wedhus gembel”. Awan panas terdiri dari batuan pijar, gas panas, dan bahan
lainnya, dengan suhu mencapai 7000C. Awan panas mengalir ke bawah
lereng gunung api dengan kecepatan mencapai 200 km/jam.
2. Tingkatan Satatus
Gunung Berapi
Berikut tingkatan status gunung berapi
menurut Badan Geologi Kementerian ESDM:
Tabel. Tingkatan
stasus gunung berapi
Status |
Makna |
Tindakan |
AWAS |
Tanda-tanda bahwa gunung berapi akan segera meletus, sedang meletus,
atau mengalami keadaan kritis yang dapat menimbulkan bencana, dapat dikenali
dari gejala-gejala tertentu. Awal letusan pembukaan seringkali ditandai
dengan munculnya debu dan asap. Ada kemungkinan letusan terjadi dalam kurun
waktu 24 jam setelah gejala ini muncul. |
· Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk
dikosongkan · Koordinasi delakukan secara harian · Piket penuh |
SIAGA |
Tanda-tanda bahwa gunung berapi sedang menuju letusan atau potensi
bencana adalah peningkatan intensitas aktivitas seismik. Semua informasi yang
ada menunjukan bahwa aktivitas tersebut bisa segera mengarah ke letusan atau
keadaan yang dapat menimbulkan bencana. Apabila tren peningkatan berlanjut,
kemungkinan letusan dapat terjadi dalam kurun waktu dua minggu. |
· Sosialisasi di wilayah terancam · Penyiapan secara darurat · Koordinasi harian · Piket penuh |
WASPADA |
Terjadi aktivitas apapun dalam bentuknya, dengan peningkatan aktivitas
di atas tingkat normal. Peningkatan aktivitas seismik dan kejaian vulkanis
lainnya terjadi, menunjukan sedikit perubahan dalam aktivitas yang disebabkan
oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. |
· Penyuluhan/sosialisasi · Penilaian bahaya · Pengecekan sarana · Pelaksanaan tiket terbatas |
NORMAL |
Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma level aktivitas dasar |
· Pengamatan rutin · Survey dan penyelidikan |
3. Manfaat Gunung
Berapi
Meskipun sering dianggap sebagai ancaman yang dapat menimbulkan bencana,
gunung berapi juga memberikan sejumlah manfaat yang signifikan bagi kehidupan
manusia. Manfaat gunung berapi bagi kehidupan manusia dan alam adalah sebagai berikut.
a. Membuat tanah
subur
Material yang dikeluarkan saat gunung berapi meletus seperti pasir,
batu, dan kerikil, dapat memperkaya nutrisi tanah dan membuatnya lebih subur.
Tanah yang subur ini penting untuk pertanian dan pertumbuhan tanaman.
b. Menghasilkan bahan
mentah
Gunung berapi menghasilkan berbagai material seperti batu, pasir, dan
kerikil yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah. Material ini dapat
digunakan dalam industri konstruksi dan manufaktur untuk membuat bahan
bangunan, seperti batu bata dan beton.
c. Sumber penyimpanan
air
Gunung berapi memiliki peran penting dalam menyimpan air. Sebagian besar
sumber air tawar dunia tersimpan di daerah pegunungan. Air yang disimpan di
gunung berapi dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, pertanian, dan
kebutuhan industri.
d. Keanekaragaman
hayati yang tinggi
gunung berapi sering menjadi tempat tinggal bagi berbagai spesies
tumbuhan dan hewan yang khas dan unik. Keanekaragaman hayati di gunung berapi
penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan alam.
e. Objek wisata
Gunung berapi sering menjadi objek wisata yang populer. Pemandangan alam
yang indah, pendakiana, dan kegiatan lainnya menerik banyak wisatawan.
Pariwisata gunung berapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat
setempat.
f. Sumber energi
Gunugn berapi dapat menjadi sumber energi panas yang digunakan untuk
pembangkit listrik geothermal. Energi geothermal ini merupakan sumber energi
terbarukan yang ramah lingkungan
g. Menjaga
keseimbangan ekosistem
Gunung berapi memiliki peran dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Mereka membantu dalam siklus nutrisi dan menjaga keberlanjutan alam.
F. Pengurangan Resiko
dari Bencana Alam Kebumian
1. Pengurangan Resiko
Gempa Bumi dan Tsunami
a. Siaga sebelum
terjadi
·
Konstruksi rumah
dibangun tahan gempa
·
Memeriksa
stabilitas benda yang menggantung, seperti lampu, dan sejenisnya
·
Memahami
lingkungan sekitar dengan baik
·
Menempatkan benda
berat dan mudah pecah di bagian bawah
·
Selalu memiliki
persediaan P3K, senter, dan makanan sebagai kebutuhan darurat
b. Siaga saat terjadi
·
Saat berada di
dalam ruangan, mencari perlindungan dari reruntuhan, seperti bersembunyi di
bawah meja atau tempat tidur.
·
Saat berada di
luar ruangan, tetap berada di luar dan menjauh dari bangunan yang mungkin roboh
akibat gempa
·
Jika berada di
dalam kendaraan, keluar dan mencari tempat terbuka
·
Mejauhi pantai
karena dapat terjadi Tsunami.
·
Jika berada di
pegunungan, menjauh dari daerah yang berpotensi longsor
c. Siaga setelah
terjadi gempa
·
Evakuasi dengan
tertib, menutup mulut dan hidung menggunakan kain atau masker untuk melindungi
dari debu reruntuhan.
·
Memantau sekitar
apakah terjadi kebakaran, kebocoran gas, atau korsleting listrik
·
Hindari berjalan
di wilayah yang terkena gempa karena ada risiko reruntuhan
·
Mengisi formulir
dari lembaga terkait untuk menilai tingkat kerusakan yang disebabkan oleh gempa
·
Mengukiti
informasi terkait gempa, termasuk kemungkinan gempa susulan atau ancaman
tsunami
·
Menyampaikan doa
kepada Tuhan Yang Maha Essa secara terus menerus.
2. Pengurangan Resiko
Erupsi Gunung Berapi
a. Pra Bencana
·
Memperhatikan arahan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait dengan
perkembangan aktivitas gunungapi
·
Persiapkan masker
dan kacamata pelindung untuk mengantisipasi debu vulkanik
·
Mengetahui jalur
evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang.
·
Mempersiapkan skenario
evakuasi lain apabila dampak letusan meluas di luar prediksi ahli
·
Persiapkan dukungan
logistik (Makanan siap saji dan minuman Lampu senter dan baterai cadangan, uang
tunai secukupnya, Obat-obatan khusus sesuai pemakai.
b. Saat Bencana
·
Pastikan anda
sudah berada di shelter atau tempat lain yang aman dari dampak letusan
·
Gunakan masker dan
kacamata pelindung
·
Selalu memperhatikan
arahan dari pihak berwenang selama berada di shelter
c. Pasca Bencana
·
Apabila anda dan
keluarga harus tinggal lama di shelter, pastikan kebutuhan dasar terpenuhi dan
pendampingan khusus bagi anak-anak dan remaja diberikan
·
Tetap gunakan
masker dan kacamata pelindung ketika berada di wilayah yang terdampak abu
vulkanik
·
Memperhatikan perkembangan
informasi dari pihak berwenang
·
Waspada terhadap
kemungkinan bahaya banjir lahar dingin.