Jumat, 27 Oktober 2023

 


Gambar 1. Berkeringat Setelah Berolahraga

Apakah kamu pernah mengalami keadaan di mana tubuhmu mengeluarkan keringat? Tentu saja, hal ini sering terjadi, bukan? Mari kita jelaskan, kapan sebenarnya kita berkertingat. Apakah saat udara sedang dingin, panas, setelah berolahraga, atau sedang bersantai? Dan bagaimana rasannya saat keringat di wajah terjilat oleh kita? Apakah rasanya agak asin?.

Kapan kamu merasa lebih sering buang air kecil? Apakah saat udara sedang dingin atau panas? Dan apa yang terjadi jika kamu menahan keinginan buang air kecil untuk waktu yang lama?

Sebenarnya, ada zat-zat sisa dari metabolisme tubuh yang harus dikeluarkan, jika tidak dikeluarkan, zat-zat ini dapat menjadi racun bagi tubuh kita. Proses ini disebut sebagai eksresi. Selain itu, zat sisa dalam bentuk padatan juga harus dikeluarkan melalui usus besar. Proses ini tidak termasuk dalam eksresi, tetapi disebut sebagai defekasi. Defekasi berbeda dengan eksresi. Selain itu, ada juga istilah sekresi yang terkait dengan hormon, yaitu zat pengatur tubuh, yang diproduksi oleh kelenjar tertentu. Dalam bagian ini, kita hanya akan membahas sistem eksresi.

 

A.           Pengertian Ekskresi

Sistem ekskresi manusia merupakan mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk membuang zat-zat sisa metabolisme yang tidak lagi diperlukan. Contoh zat-zat sisa tersebut meliputi urea, amonia, keringat, urine, dan karbon dioksida.

Tidak semua zat yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat mendukung kelangsungan hidup. Beberapa zat bersifat toksik dan perlu dikeluarkan melalui proses eksresi. Jika zat-zat toksis ini tidak dibuang, dapat berpotensi mengganggu kesehatan.

Sistem eksresi secara sederhana merupakan mekanisme biologis alami yang berfungsi untuk mengeluarkan limbah dan racun dari dalam tubuh. Eksresi terjadi secara alami guna menjaga keseimbangan tubuh, yang disebut homoestasis. Sistem ekskresi juga membantu mencegah beberapa gangguan kesehatan.

Untuk menjaga fungsi normal, tubuh manusia harus berada dalam keadaan homeostasis, yaitu keseimbangan kondisi internal tubuh yang konstan. Ini berarti suhu tubuh tetap stabil, konsentrasi cairan terjaga, dan sisa-sisa zat metbalosme secara rutin dikeluarkan.

Darah adalah suatu jaringan yang terdiri dari berbagai jensi sel dan cairan, dan memiliki peran penting dalam berbagai fungsi tubuh manusia.

Sistem eksresi memainkan peran penting dalam menjaga homeostasis tubuh. Organ-organ yang terlibata dalam proses ekskresi bertugas mengeluarkan zat-zat sisa hasil metabolisme yang bersifat toksik dan tidak lagi diperlukan oleh tubuh kalian.

B.           Ginjal

Apakah anda mengetahui peran ginjal dalam tubuh manusia? Ginjal memiliki fungsi utama untuk menyaring darah dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dari seluruh tubuh. Letak ginjal berada di kedua sisi tulang pinggang, di rongga perut bagian belakang (dorsal). Ginjal sebelah kiri sedikit lebih tinggi daripada ginjal sebelah kanan (sepasang). Bentuk ginjal menyerupai biji kacang merah dan memiliki warna merah karena banyaknya aliran darah yang masuk dan memiliki panjang kurang lebih 11 cm. Darah memasuki ginjal melalui pembuluh arteri besar dan kaluar melalui pembuluh vena besar.

Apabila ginjal dipotong melintang, akan terlihat tiga lapisan yang menyusun ginjal.

1.      Korteks (kulit ginjal)

Merupakan tempat terjadinya filtrasi dan terdapat badan Malphigi.

2.      Medulla (Sumsum ginjal)

Berperan dalam reabsorpsi dan augmentasi, serta terdapat tubulus-tubulus ginjal

3.      Pelvis (rongga ginjal)

Merupakan tempat muara tubulus kolektivus dan ujung ureter

Gambar 2. Ginjal dipotong Melintang

Ginjal juga terdiri dari unit-unit fungsional yang disebut nefron. Ginjal terdiri dari sekitar 1 juta neforn, yaitu alat penyaring utama dalam ginjal. Nefron merupkan unit struktural dan fungsional ginjal yang memainkan peran penting dalam proses penyaringan darah. Setiap nefron terdiri dari komponen penyaring yang disebut kapsula Bowman, dilanjutkan dengan saluran-saluran (tubulus).

Ada dua jenis nefron, yaitu nefron epitel dan nefron vaskular.

1.        Nefron epitel terdiri dari kapsula Bowman, tubulus kontartus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus.

2.        Nefron vaskular terdiri dari arteriol aferen, arteriol eferen, glomerulus, dan kapiler peritubular.

Setiap badan Malpighi mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerelus yang berada dalam kapsula Bowman. Pada bagian inilah proses penyaringan darah dimulai. Urutan aliran darah sekitar glomerulus.

Gambar 3. Aliran darah sekitar glomerulus

Kapsula Bowman berfungsi sebagai tempat penampungan hasil filtrasi darah dan dilapisi oleh epitel pipih yang berhubungan dengan tubulus kontartus proksimal.

Saluran nefron terdiri dari beberapa bagian.

1.      Tubulus kontartus proksimal

Merupakan kelanjutan saluran nefron dari kapsula Bowman yang bertanggung jawab atas reabsorpsi

2.      Lengkung Henle

Saluran nefron lanjutan yang berbentuk lengkung dan juga berperan dalam reabsorpsi

3.      Tubulus kontortus distal

Saluran nefron yang melakukan reabsorpsi dan augmentasi

4.      Tubulus kolektivus

Saluran nefron yang mengumpulkan urine dari nefron-nefron ginjal

Terdapat dua tipe nefron, yaitu nefron kortikal yang hanya berada di ujung medulla dengan lengkung Henle yang pendek, dan nefron juktamedula yang berlanjut ke dalam medulla dengan lengkung Henle yang panjang. Untuk lebih jelas silahkan perhatikan gambar berikut!


Gambar 4. Penampang Ginjal

 

Mekanisme kerja ginjal dalam System Ekskresi

Tahukan anda bahwa ada tiga tahap yang terlibat dalam pembentuan urin di ginjal? Mereka adalah tahap filtrasi tahap reabsorpsi, dan tahap augmentasi.

1.        Tahap Filtrasi

Proses produksi urin dimulai dengan darah yang masuk ke glomerulus, yang terdiri dari kapiler darah, melalui arteri ginjal aferen. Tekanan darah menjadi tinggi saat darah memasuki glomerulus, memaksa air dan partikel kecil lainnya melalui pori-pori kapiler untuk membuat filtrat. Cairan yang disaring (filtrat) terdiri dari asam amino, air, urobilin, urea, glukosa, dan ion seperti natrium, kalium, kalsium, dan klorin. Kemudian, kapsul Bowman digunakan untuk menyimpan filtrat sementara. Karena ketidakmampuan pori-pori glomerelus untuk memblokirnya, darah dan protein tetap berada di kapiler darah. Urine primer adalah filtrat yang disimpan oleh kapsul Bowman. Tahap filtrasi inilah tahap pertama pembentukan urin.

2.        Tahap Reabsorpsi

Tubulus proksimal menerima urin primer yang diproduksi selama tahap filtrasi. Tahap reabsorpsi yang terjadi pada tubulus proksimal adalah proses penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh. Di dalam ginjal, zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh, seperti glukosa, asam amino, ion kalium, dan lain-lain, juga diangkut ke dalam sel dan selanjutnya masuk ke dalam kapiler darah. Hanya sedikit urea yang diserap kembali untuk sementara. Urin berwarna kuning karena urobilin, dan baunya tidak enak karena urea. Tubulus distal menerima urin sekunder yangg dihasilkan oleh proses reabsorpsi sebelum keluar ke lengkung Henle. Air dalam urin sekunder juga terus diserap kembali saat mengalir di lengkung Henle.

3.        Tahap Augmentasi

Urine sekunder tiba di tubulus distal selama tahap augmentasi setelah melewati lengkung Henle. Air, ion natrium, klorin, dan urea masih diserahp di tubulus distal. Tubulus distal mengalami augmentasi, atau pengeluaran zat ke dalam urin sekunder yang tidak dibutuhkan tubuh. Urine sesungguhnya adalah urin sekunder yang telah digabungkan dengan zat sisa yang tidak dibutuhkan tubuh. Pelvis ginjal (rongga ginjal) adalah tempat selanjutnya urin diarahkan. Urin yang terbentuk kemduan diangkut ke kandung kemih, yang berfungsi sebagai tempat penampungan urin sementara, setalah keluar dari ginjal melalui ureter. Dinding elastis melapisi kandung kemih. Untuk menampung kurang lebih 0,5 L urine, kandung kemih dapat mengembang. Tekanan di dalam kandung kemih inilah yang memicu proses pengeluaran urin. Sinyal bahwa kandung kemih penuh menyebabkan tekanan pada kandung kemih. Otot perut dan kandung kemih berkontraksi sebagai respons terhadap sinyal kandung kemih penuh. Kontraksi ini dapat menyebabkan uretra terbuka, memungkinkan urin keluar dari tubuh.

Gambar 5. Tahapan Penyaringan Pada Ginjal

Tabel. Proses Pembentukan Urine

Tempat Terjadinya

Glumerulus

Tubulus Kontortus Proksimal (TKP)

Tubulus Kontortus Distal (TKD)

Bahan

Penyaringan darah

Penyerapan kembali air, glukosa, asam amino

Penambahan zat-zat yang sudah tidak digunakan seperti urobilin, ion H dan ion K

Hasil

Urine primer mengandung glukosa, air, garam, urea, sisa metabolisme, asam amino

Urine sekunder mengandung air urea, garam, dan sisa metabolisme

Urin sesungguhnya yang mengandung air, urea, garam, kreatinin, urobilin, sisa obat dan vitamin

Urine sesunggunhnya kemudian akan terkumpul di dalam Tubulus Kolektivus (TK) kemudian akan menuju ureter dan uretra untuk dikeluarkan dari tubuh kalian.

 

Faktor yang mempengaruhi pembentukan urin:

1.      Hormon anti-diuretik (ADH) ADH dihasilkan kelenjar hipofisisis yang mengatur jumlah cairan dan volume urin akhir pada tubulus kolektivus distal dan tubulus kolektivus dengan mengatur reabsorpsi dan permeabilitas tubulus

2.      Zat diuretik konsumsi zat diuretik (misalnya the) menghambat reabsrorpsi air dan menyebabkan volume urin bertambah

3.      Suhu ketika suhu panas, respirasi sel meningkat dan cairan tubuh keluar melalui keringat (dehidrasi), sehingga volume urin berkurang. Ketika suhu lingkungan dingin, respirasi sel menurun dan cairan tetap disimpan dalam tubuh (kelebihan air), sehinggga volume urin bertambah.

4.      Jumlah air atau cairan tubuh. Warna urin disebabkan oleh adanya urobilin, namun kepekatannya diatur volume urin.

Tabel. Perbedaan dehidrasi dan kelebihan cairan

Perbedaan

Dehidrasi

Kelebihan cairan

Cairan tubuh

Kekurangan

Berlebih

Produksi ADH

Bertambah

Berkurang

Reabsorpsi

Meningkat

Menurun

Urine

Pekat

Encer

C.           Paru-paru

Kalian pastinya sudah tidak asing ya, dengan organ paru-paru. Ya, benar sekali! Paru-paru selain sebagai organ pernapasan, paru-paru memamng memiliki peran penting sebagai organ eksresi dalam tubuh manusia. Funsi eksresi paru-paru terutama terkait dengan pengeluaran karbondiokasida (CO2) yang dihasilkan selama proses metabolisme.

Proses eksresi karbondioksida dimulai dengan masuknya oksigen ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan akhirnya mencapai paru-paru. Di dalam paru-paru, ada struktur kecil bernama alveolus yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas.

Ketika oksigen mencapai alveolus, terjadi pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah kecil yang mengeliliginnya. Oksigen akan berdifusi dari alveoul ke dalam pembuluh darah, sedangkan karbondioksida yang merupakan hasil samping dari proses metabolisme sel-sel tubuh akan berdifusi dari pembuluh darah ke alveolus

Karbondioksida yang terdapat dalam darah akan dibawa oleh pembuluh darah balik (vena) menuju jantung. Selanjutnya, darah yang mengandung karbondioksida akan dipompa oleh jantung ke paru-paru melalui arteri pulmonulis. Di dalam paru-paru, karbondioksida tersebut akan dikeluarkan melalui proses menghembuskan napas.

Ketika kita menghembuskan napas, udara yang mengandung karbondioksida akan keluar melalui saluran pernapasan yang sama yang digunakan untuk masuknya oksigen, yaitu melalui trakea, bronkus, laring, faring, dan akhirnya keluar melalui hidung atau mulut. Dengan cara ini, karbondioksida yang merupakan limbah metabolisme akan dikeluarkan dari tubuh.

Secara ringkasnya pertukaran karbondioksida terjadi melalui mekanisme berikut:

1.        Respirasi pada mitokondria sel menghasilkan zat sisa yaitu CO2

2.        Karbondioksida berdifusi dari sel menuju kapiler vena lalu dibawa ke alveolus dengan tiga cara.

a.     Oleh plasma darah setidaknya 5% CO2 larut dalam plasma darah membentuk

CO2 + H2O → H2CO3

b.    Oleh hemoglobin setidaknya 30% CO2 membentuk karbominohemoglobin

Hb + CO2 → HbCO2

c.     Dengan pertukaran klorida setidaknya 65% CO2 diangkut dalam bentuk ion bikarbonat menurut reaksi:

CO2 + H2O → H2CO3

H2CO3 → H+ + HCO3-

Ion bikarbonat kemudian keluar menuju plasma darah, bertukar dengan ion Cl­-.

3.        Karbondioksida dilepaskan darah dan berdifusi melalui alveolus menuju paru-paru, dan keluar dari tubuh melalui ekspirasi.

Ketika melakukan transfusi darah, hal yang perlu diperhatikan untuk donor adalah keberadaan

Gambar 6. Struktur Paru-paru pada Manusia

 

D.            Hati

Hati memainkan peran penting dalam proses ekskresi dan detoksifikasi dalam tubuh manusia. Hati terletak di bawah diafragma, di sebalah kanan rongga perut, berdekatan dengan lambung. Lokasi ini memungkinkan hati untuk menerima darah yang kaya nutrisi dari saluran pencernaan melalui vena porta hepatika.

Darah yang mengandung oksigen, yang disuplai oleh arteri hepatica, juga masuk ke dalam hati. Dengan cara ini, hati menerima kedua jenis darah: darah oksigen dan darah yang kaya nutrisi dari saluran pencernaan.

Hati memiliki banyak fungsi, termasuk metabolisme zat-zat yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu zat yang dihasilkan sebagai hasil samping metabolisme adalah ammonia, yang diubah menjadi urea oleh hati. Urean kemudian dibuang melalui ginjal dalam bentuk urin. Ini adalah salah satu cara tubuh mengeluarkan kelebihan nitrogen dan zat sisa metabolisme lainnya.

Zat-zat racun yang masuk ke dalam melalui sistem pencernaan juga diolah oleh hati. Hati memiliki enzim-enzim yang dapat mengubah zat-zat beracun menjadi bentuk yang lebih mudah dieskresikan melalui ginjal atau feses.

Empedu adalah cairan yang diproduksi oleh hati dan disipan di dalam kantong empedu (kantong empedu) sebelum dibuang ke usus. Fungsinya adalah membantu dalam proses pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu mengandung pigmen bilirubin, yang merupakan hasil penguraian sel-sel darah merah yang sudah tua. Ini memberikan warna kehijauan pada cairan empedu.

Fungsi cairan empedu:

1.      Mengemulasi lemak.

2.      Mengubah zat yang tidak dapat larut dalam air menjadi larut dalam air.

3.      Mengaktifkan enzim lipase

4.      Membantu absorpsi lemak di usus

5.      Membuang zat-zat sisa

6.      Mewarnai feses dan urin

Komposisi getah empedu yaitu air, garam mineral, asam empedu, fosfolipid, kolesterol, dan pigmen empedu (bilirubin/biliverdin)

Gambar 7. Struktur Anatomi Hati

Apakah kalian masih ingat asal usul bilirubin? Bilirubin adalah hasil sampingan dari pemecahan hemoglobin, yang terdapat dalam sel darah merah. Karena sel darah merah tidak memiliki inti sel dan terus-menerus bersentuhan dengan pembuluh darah kecil, umur sel darah merah hanya sekitar 100 hingga 120 hari. Sel darah merah tidak mampu mengganti bagian sel yang rusak karena kekurangan inti sel.

Di hati dan limpa, makrofag (sel kekebalan) menyerap sel darah merah yang rusak. Dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah, terbentuklah besi, globin, dan hemin. Besi kemudian dibawa ke sumsung tulang merah untuk digunakan dalam pembentukan hemoglobin baru. Globin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan dalam sintesis protein lainnya. Hemin pada saat yang sama diubah menjadi biliverdin, yaitu pigmen hijau. Kemudian, biliverdin diubah menjadi bilirubin, yang memiliki warna kuning-orange.

Setelah itu, bilirubin dikeluarkan oleh empedu. Cairan empedu ini masuk ke duodenum (bagian awal usus halus) dan kemudian ke usus besar. Di usus besar, bilirubin mengalami transformasi menjadi urobilinogen. Urobilinogen kemudian diubah menjadi urobolin, pigmen kuning, yang kemudian menjadi stercobilin, pigmen coklat, dalam tinja. Beberapa urobilinogen juga diabsorpsi kembali ke dalam aliran darah dan kemudian dieksresikan melalui urin.

 

E.           Kulit

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia dan memiliki peran penting dalam melindungi tubuh dari berbagai rangsangan eksternal. Kulit meneriba berbagai rangsangan seperti panas matahari, rangsang dingin, tekanan, gesekan, dan rangsangan lainnya. Ini terjadi karena kulit memiliki banyak reseptor sensorik yang peka terhadap rangsangan tersebut. Reseptor-reseptor ini memungkinkan kita merasakan sensari seperti suhu, sentuhan, tekanan, dan nyeri.

Terkadang, kita dapat mengalami benturan, penjepitan, atau luka pada kulit. Rangsangn ini bersifat mekanis dan dapat merusak sel-sel kulit. Namun, kulit memiliki kemampuan alami untuk memperbaiki diri. Proses regenerasi kulit melibatkan pergantian sel-sel kulit yang rusak dengan sel-sel kulit yang baru. Sel-sel kulit yang rusak akan mati dan terkelupas, sementara sel-sel baru akan terbentuk di bawahnya.

Selain berfungsi sebagai pelindung dari rangsangan eksternal, kulit juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan air tubuh. Kulit membentuk lapisan penghalang yang membantu mengurangi kehilangan air melalui penguapan. Ini penting untuk menjaga kelembaban kulit dan mencegah dehidrasi.

Kulit juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Ketika suhu tubuh meningkat, misalnya akibat paparan panas, kelenjar keringat di kulit akan akrif mengeluarkan keringat. Keringat menguap dari permukaan kulit dan membantu mendinginkan tubuh. Sebaliknya, saat suhu tubuh turun, kulit mengurangi aliran darah ke permukaan dan mengurangi penguapan untuk mempertahankan suhu tubuh turun, kulit mengurangi aliran darah kepermukaan dan mengurangi penguapan untuk mempertahankan suhu tubuh yang optimal.

Sebagai alat eksresi, kulit juga berperan dalam proses pengeluaran zat-zat sisa dari tubuh, terutama melalui kelenjar keringat. Zat-zat seperti air, garam, urea, dan beberapa zat kimia dapat dieksresikan melalui keringat;

Gambar 8. Struktur kulit

a.       Epidermis (kulit ari)

Jaringan epitel yang tersusun atas sel kulit hidup dan mati, yang terdiri dari empat lapisan dari atas, yaitu stratum korneum (kulit tanduk), lusidum, granulosum dan germinativum.

b.      Dermis/korium (kulit jangat)

Jaringan ikat yang di dalamnya terdapat kapiler darah, sel reseptor kulit, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan akar rambut.

c.       Hipodermis (lapisan subkuten)

Jaringan ikat yang di dalamnya terdapat kapiler darah, lapisan lemak, dan jaringan saraf.

d.      Pori-pori

e.       Kapiler darah

f.        Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Berupa pipa terpilin yang menghasilkan keringat.

g.      Kelenjar minyak (glandula sebacea)

Terletak dekat akar rambut yang memberi

h.      Rambut

Produksi keringat oleh kelenjar keringat ada di bawah pengaturan hipotalamus dan enzim brandikinin yang dirangsang oleh perubahan suhu darah. Mekanisme produksi keringat pada kenaikan suhu tubuh:

1.      Kenaikan suhu tubuh menyebabkan meningkatnya suhu darah.

2.      Tubuh menormalkan suhu tubuh dengan vasodilatasi (pelebaran kapiler darah) di sekitar kulit sebagai tempat pengeluaran panas.

3.      Epidermis kulit yang panas kemudian didinginkan oleh keringat yang menyebabkan suhu tubuh kembali normal

Mekanisme produksi keringat pada penurunan suhu tubuh:

1.      Penurunan suhu tubuh menyebabkan tutunnya suhu darah.

2.      Tubuh menormalkan suhu tubuh dengan vasokonstriksi (penyempitan kapiler darah) di sekitar kulit agar memperlambat pengeluaran panas.

Gambar 9. Bagan pembentukan keringat pada kulit

 

F.           Gangguan Peredaran Sistem Eksresi

Apabila organ-organ sistem eksresi tidak dijaga dengan baik maka dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada sistem eksresi. Berikut merupakan gangguan dan kelainan sistem eksresi:

1.      Diabetes mellitus

Diabetes mellitus (kecing manis) adalah penyakit yang ditandai oleh adanya kandungan gula yang tinggi dalam darah (hiperglikemia) dan zat-zat keton serta asam, akibat dari kurangnya atau ketiadaan hormon insulin. Kebanyakan dari kasus diabetes mellitus disebabkan karena buruknya pola hidup masyarakat dan faktor genetik. Pengobatan pada orang yang menderita penyakit ini adalah  dengan mengkonsumsi hormone insulin bagi yang sudah stadium serius.

2.      Diabetes insipidus

Diabetes insipidus merupakan ditandai dengan sering merasa haus dan sering membuang air kecil atau urin dengan volume besar. Hal ini menyebabkan ketidak seimbangan cairan tubuh. Penyebab utama dari diabetes insipidus adalah karena gangguan hormon antideuterik (ADH). Pengobatannya dengan cara disuntikan ADH ke dalam tubuh yang kekurangan sehingga tubuh akan mencapai keseimbangan cairan.

3.      Batu ginjal

Penyakit batu ginjal merupakan penyakit meunculnya benda asing menyerupai batu di saluran urin. Batu ginjal berkembang dalam berbagai variasi ukuran.

Penyebab dari penyakit batu ginjal adalah kadar zat kimia pembentuk kristal dalam urine, yaitu asam urat, kalsium fosfat dan kalsium oksalat. Selain itu, terbentuknya batu ginjal juga bisa disebabkan oleh kekurangan zat yang mencegah pembentukan kristal dalam urine.

4.      Gagal Ginjal

Kegagalan umum ginjal dalam membantuk urin yang menyebabkan penyakit lain.

5.      Albuminuria

Penyakit albuminura merupakan penyakit dimana ditemukan kandungan protein dan urin. hal ini terjadi karena ada kerusakan pada bagian glomerulus yang berperan dalam proses penyaringan darah. Normalnya darah yang masuk dalam glomerulus akan disaring dan protein (albumin) akan tertahan di glomerulus dan digunakan kembali oleh tubuh, tidak lolos bersama urin.

6.      Nefritis

Peradangan nefron karena bakteri Streptococcus

7.      Anuria (anuresis)

Tidak terbentuknya urin akibat gagal ginjal. Jumlah urin yang dihasilkan kira-kira <300-500 mL/hari

8.      Oligouria (hipouresisi)

Sedikitnya produksi urin akibat gagal ginjal. Jumlah urin yang dihasilkan kira-kira 300  – 500 mL/hari.

9.      Poliuria (diuresis)

Berlebihnya produksi urin akibat gagal ginjal. Jumlah urin yang dihasilkan kira-kira 2,5 – 3 L/hari

10.  Uremia

Terbawannya urin ke aliran darah karena kerusakan nefron

11.  Edema

Pembengkakan jaringan di sekitar kaki karena uremia

12.  Albuminuria

Tidak tersaringnya protein darah oleh glomerulus sehingga urin mengandung albumin.

13.  Hematuria

Ditemukannya sel-sel darah dalam urin

14.  Glukouria

                           Tidak tersaringnya glukosa dalam darah oleh glomerulus sehingga urin 

Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Postingan Populer