Gambar 1. Berkeringat Setelah Berolahraga
Apakah kamu
pernah mengalami keadaan di mana tubuhmu mengeluarkan keringat? Tentu saja, hal
ini sering terjadi, bukan? Mari kita jelaskan, kapan sebenarnya kita
berkertingat. Apakah saat udara sedang dingin, panas, setelah berolahraga, atau
sedang bersantai? Dan bagaimana rasannya saat keringat di wajah terjilat oleh
kita? Apakah rasanya agak asin?.
Kapan kamu merasa lebih sering buang air kecil? Apakah saat udara sedang
dingin atau panas? Dan apa yang terjadi jika kamu menahan keinginan buang air kecil
untuk waktu yang lama?
Sebenarnya, ada zat-zat sisa dari metabolisme tubuh yang harus dikeluarkan,
jika tidak dikeluarkan, zat-zat ini dapat menjadi racun bagi tubuh kita. Proses
ini disebut sebagai eksresi. Selain itu, zat sisa dalam bentuk padatan juga
harus dikeluarkan melalui usus besar. Proses ini tidak termasuk dalam eksresi,
tetapi disebut sebagai defekasi. Defekasi berbeda dengan eksresi. Selain itu,
ada juga istilah sekresi yang terkait dengan hormon, yaitu zat pengatur tubuh, yang
diproduksi oleh kelenjar tertentu. Dalam bagian ini, kita hanya akan membahas
sistem eksresi.
A.
Pengertian Ekskresi
Sistem ekskresi manusia merupakan mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk
membuang zat-zat sisa metabolisme yang tidak lagi diperlukan. Contoh zat-zat
sisa tersebut meliputi urea, amonia, keringat, urine, dan karbon dioksida.
Tidak semua zat yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat mendukung
kelangsungan hidup. Beberapa zat bersifat toksik dan perlu dikeluarkan melalui
proses eksresi. Jika zat-zat toksis ini tidak dibuang, dapat berpotensi
mengganggu kesehatan.
Sistem eksresi secara sederhana merupakan mekanisme biologis alami yang
berfungsi untuk mengeluarkan limbah dan racun dari dalam tubuh. Eksresi terjadi
secara alami guna menjaga keseimbangan tubuh, yang disebut homoestasis. Sistem ekskresi
juga membantu mencegah beberapa gangguan kesehatan.
Untuk menjaga fungsi normal, tubuh manusia harus berada dalam keadaan
homeostasis, yaitu keseimbangan kondisi internal tubuh yang konstan. Ini berarti
suhu tubuh tetap stabil, konsentrasi cairan terjaga, dan sisa-sisa zat
metbalosme secara rutin dikeluarkan.
Darah adalah suatu jaringan yang terdiri dari berbagai jensi sel dan
cairan, dan memiliki peran penting dalam berbagai fungsi tubuh manusia.
Sistem eksresi memainkan peran penting dalam menjaga homeostasis tubuh. Organ-organ yang terlibata dalam proses ekskresi bertugas mengeluarkan zat-zat sisa hasil metabolisme yang bersifat toksik dan tidak lagi diperlukan oleh tubuh kalian.
B.
Ginjal
Apakah anda
mengetahui peran ginjal dalam tubuh manusia? Ginjal memiliki fungsi utama untuk
menyaring darah dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dari seluruh tubuh.
Letak ginjal berada di kedua sisi tulang pinggang, di rongga perut bagian
belakang (dorsal). Ginjal sebelah kiri sedikit lebih tinggi daripada ginjal
sebelah kanan (sepasang). Bentuk ginjal menyerupai biji kacang merah dan
memiliki warna merah karena banyaknya aliran darah yang masuk dan memiliki
panjang kurang lebih 11 cm. Darah memasuki ginjal melalui pembuluh arteri besar
dan kaluar melalui pembuluh vena besar.
Apabila ginjal
dipotong melintang, akan terlihat tiga lapisan yang menyusun ginjal.
1.
Korteks (kulit ginjal)
Merupakan tempat terjadinya filtrasi
dan terdapat badan Malphigi.
2.
Medulla (Sumsum ginjal)
Berperan dalam reabsorpsi dan
augmentasi, serta terdapat tubulus-tubulus ginjal
3.
Pelvis (rongga ginjal)
Merupakan tempat muara tubulus
kolektivus dan ujung ureter
Gambar 2. Ginjal dipotong Melintang
Ginjal juga terdiri dari unit-unit fungsional yang disebut nefron. Ginjal
terdiri dari sekitar 1 juta neforn, yaitu alat penyaring utama dalam ginjal.
Nefron merupkan unit struktural dan fungsional ginjal yang memainkan peran
penting dalam proses penyaringan darah. Setiap nefron terdiri dari komponen
penyaring yang disebut kapsula Bowman, dilanjutkan dengan saluran-saluran
(tubulus).
Ada dua jenis nefron, yaitu nefron epitel dan nefron vaskular.
1.
Nefron
epitel terdiri dari kapsula Bowman, tubulus kontartus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus.
2.
Nefron
vaskular terdiri dari arteriol aferen, arteriol eferen, glomerulus, dan kapiler
peritubular.
Setiap badan Malpighi mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerelus yang berada dalam kapsula Bowman. Pada bagian inilah proses penyaringan darah dimulai. Urutan aliran darah sekitar glomerulus.
Gambar 3. Aliran darah sekitar glomerulus
Kapsula Bowman berfungsi sebagai tempat penampungan hasil filtrasi darah
dan dilapisi oleh epitel pipih yang berhubungan dengan tubulus kontartus proksimal.
Saluran nefron terdiri dari beberapa bagian.
1.
Tubulus kontartus
proksimal
Merupakan kelanjutan
saluran nefron dari kapsula Bowman yang bertanggung jawab atas reabsorpsi
2.
Lengkung Henle
Saluran nefron
lanjutan yang berbentuk lengkung dan juga berperan dalam reabsorpsi
3.
Tubulus kontortus
distal
Saluran nefron
yang melakukan reabsorpsi dan augmentasi
4.
Tubulus kolektivus
Saluran nefron yang mengumpulkan urine dari nefron-nefron
ginjal
Terdapat dua
tipe nefron, yaitu nefron kortikal yang hanya berada di ujung medulla dengan
lengkung Henle yang pendek, dan nefron juktamedula yang berlanjut ke dalam
medulla dengan lengkung Henle yang panjang. Untuk lebih jelas silahkan
perhatikan gambar berikut!
Gambar 4. Penampang
Ginjal
Mekanisme kerja ginjal dalam System Ekskresi
Tahukan anda bahwa ada tiga tahap yang terlibat dalam pembentuan urin di ginjal?
Mereka adalah tahap filtrasi tahap reabsorpsi, dan tahap augmentasi.
1.
Tahap Filtrasi
Proses produksi urin dimulai dengan darah yang masuk ke
glomerulus, yang terdiri dari kapiler darah, melalui arteri ginjal aferen. Tekanan
darah menjadi tinggi saat darah memasuki glomerulus, memaksa air dan partikel
kecil lainnya melalui pori-pori kapiler untuk membuat filtrat. Cairan yang
disaring (filtrat) terdiri dari asam amino, air, urobilin, urea, glukosa, dan
ion seperti natrium, kalium, kalsium, dan klorin. Kemudian, kapsul Bowman
digunakan untuk menyimpan filtrat sementara. Karena ketidakmampuan pori-pori
glomerelus untuk memblokirnya, darah dan protein tetap berada di kapiler darah.
Urine primer adalah filtrat yang disimpan oleh kapsul Bowman. Tahap filtrasi
inilah tahap pertama pembentukan urin.
2.
Tahap Reabsorpsi
Tubulus proksimal menerima urin primer yang diproduksi selama tahap
filtrasi. Tahap reabsorpsi yang terjadi pada tubulus proksimal adalah proses
penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh. Di dalam ginjal,
zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh, seperti glukosa, asam amino, ion kalium,
dan lain-lain, juga diangkut ke dalam sel dan selanjutnya masuk ke dalam
kapiler darah. Hanya sedikit urea yang diserap kembali untuk sementara. Urin berwarna
kuning karena urobilin, dan baunya tidak enak karena urea. Tubulus distal
menerima urin sekunder yangg dihasilkan oleh proses reabsorpsi sebelum keluar
ke lengkung Henle. Air dalam urin sekunder juga terus diserap kembali saat
mengalir di lengkung Henle.
3.
Tahap Augmentasi
Urine sekunder
tiba di tubulus distal selama tahap augmentasi setelah melewati lengkung Henle.
Air, ion natrium, klorin, dan urea masih diserahp di tubulus distal. Tubulus distal
mengalami augmentasi, atau pengeluaran zat ke dalam urin sekunder yang tidak dibutuhkan
tubuh. Urine sesungguhnya adalah urin sekunder yang telah digabungkan dengan
zat sisa yang tidak dibutuhkan tubuh. Pelvis ginjal (rongga ginjal) adalah tempat
selanjutnya urin diarahkan. Urin yang terbentuk kemduan diangkut ke kandung
kemih, yang berfungsi sebagai tempat penampungan urin sementara, setalah keluar
dari ginjal melalui ureter. Dinding elastis melapisi kandung kemih. Untuk menampung
kurang lebih 0,5 L urine, kandung kemih dapat mengembang. Tekanan di dalam
kandung kemih inilah yang memicu proses pengeluaran urin. Sinyal bahwa kandung
kemih penuh menyebabkan tekanan pada kandung kemih. Otot perut dan kandung
kemih berkontraksi sebagai respons terhadap sinyal kandung kemih penuh. Kontraksi
ini dapat menyebabkan uretra terbuka, memungkinkan urin keluar dari tubuh.
Gambar 5. Tahapan
Penyaringan Pada Ginjal
Tabel. Proses Pembentukan Urine
Tempat
Terjadinya |
Glumerulus |
Tubulus
Kontortus Proksimal (TKP) |
Tubulus Kontortus Distal (TKD) |
Bahan |
Penyaringan
darah |
Penyerapan
kembali air, glukosa, asam amino |
Penambahan
zat-zat yang sudah tidak digunakan seperti urobilin, ion H dan ion K |
Hasil |
Urine primer mengandung glukosa, air, garam, urea, sisa
metabolisme, asam amino |
Urine
sekunder mengandung air urea, garam, dan sisa metabolisme |
Urin
sesungguhnya yang mengandung air, urea, garam, kreatinin, urobilin, sisa obat
dan vitamin |
Urine
sesunggunhnya kemudian akan terkumpul di dalam Tubulus Kolektivus (TK) kemudian
akan menuju ureter dan uretra untuk dikeluarkan dari tubuh kalian.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan
urin:
1. Hormon
anti-diuretik (ADH) ADH dihasilkan kelenjar hipofisisis yang mengatur jumlah
cairan dan volume urin akhir pada tubulus kolektivus distal dan tubulus
kolektivus dengan mengatur reabsorpsi dan permeabilitas tubulus
2. Zat diuretik
konsumsi zat diuretik (misalnya the) menghambat reabsrorpsi air dan menyebabkan
volume urin bertambah
3. Suhu
ketika suhu panas, respirasi sel meningkat dan cairan tubuh keluar melalui
keringat (dehidrasi), sehingga volume urin berkurang. Ketika suhu lingkungan
dingin, respirasi sel menurun dan cairan tetap disimpan dalam tubuh (kelebihan
air), sehinggga volume urin bertambah.
4. Jumlah
air atau cairan tubuh. Warna urin disebabkan oleh adanya urobilin, namun kepekatannya
diatur volume urin.
Tabel. Perbedaan
dehidrasi dan kelebihan cairan
Perbedaan |
Dehidrasi |
Kelebihan cairan |
Cairan tubuh |
Kekurangan |
Berlebih |
Produksi ADH |
Bertambah |
Berkurang |
Reabsorpsi |
Meningkat |
Menurun |
Urine |
Pekat |
Encer |
C.
Paru-paru
Kalian pastinya sudah tidak asing ya, dengan organ
paru-paru. Ya, benar sekali! Paru-paru selain sebagai organ pernapasan, paru-paru
memamng memiliki peran penting sebagai organ eksresi dalam tubuh manusia. Funsi
eksresi paru-paru terutama terkait dengan pengeluaran karbondiokasida (CO2)
yang dihasilkan selama proses metabolisme.
Proses eksresi karbondioksida dimulai dengan masuknya
oksigen ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan seperti hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, dan akhirnya mencapai paru-paru. Di dalam paru-paru,
ada struktur kecil bernama alveolus yang berfungsi sebagai tempat pertukaran
gas.
Ketika oksigen mencapai alveolus, terjadi pertukaran
gas antara alveolus dan pembuluh darah kecil yang mengeliliginnya. Oksigen akan
berdifusi dari alveoul ke dalam pembuluh darah, sedangkan karbondioksida yang
merupakan hasil samping dari proses metabolisme sel-sel tubuh akan berdifusi
dari pembuluh darah ke alveolus
Karbondioksida yang terdapat dalam darah akan dibawa
oleh pembuluh darah balik (vena) menuju jantung. Selanjutnya, darah yang
mengandung karbondioksida akan dipompa oleh jantung ke paru-paru melalui arteri
pulmonulis. Di dalam paru-paru, karbondioksida tersebut akan dikeluarkan
melalui proses menghembuskan napas.
Ketika kita menghembuskan napas, udara yang mengandung
karbondioksida akan keluar melalui saluran pernapasan yang sama yang digunakan
untuk masuknya oksigen, yaitu melalui trakea, bronkus, laring, faring, dan
akhirnya keluar melalui hidung atau mulut. Dengan cara ini, karbondioksida yang
merupakan limbah metabolisme akan dikeluarkan dari tubuh.
Secara ringkasnya pertukaran karbondioksida terjadi
melalui mekanisme berikut:
1.
Respirasi pada mitokondria sel menghasilkan zat sisa yaitu CO2
2.
Karbondioksida berdifusi dari sel menuju kapiler vena lalu
dibawa ke alveolus dengan tiga cara.
a.
Oleh plasma darah setidaknya 5% CO2 larut dalam
plasma darah membentuk
CO2 + H2O → H2CO3
b.
Oleh hemoglobin setidaknya 30% CO2 membentuk
karbominohemoglobin
Hb + CO2 → HbCO2
c.
Dengan pertukaran klorida setidaknya 65% CO2
diangkut dalam bentuk ion bikarbonat menurut reaksi:
CO2 + H2O → H2CO3
H2CO3 → H+ + HCO3-
Ion bikarbonat kemudian keluar menuju plasma darah, bertukar dengan ion Cl-.
3.
Karbondioksida dilepaskan darah dan berdifusi melalui
alveolus menuju paru-paru, dan keluar dari tubuh melalui ekspirasi.
Ketika melakukan transfusi darah, hal yang perlu
diperhatikan untuk donor adalah keberadaan
Gambar 6. Struktur Paru-paru pada Manusia
D.
Hati
Hati memainkan peran penting dalam proses ekskresi dan
detoksifikasi dalam tubuh manusia. Hati terletak di bawah diafragma, di sebalah
kanan rongga perut, berdekatan dengan lambung. Lokasi ini memungkinkan hati
untuk menerima darah yang kaya nutrisi dari saluran pencernaan melalui vena
porta hepatika.
Darah yang mengandung oksigen, yang disuplai oleh
arteri hepatica, juga masuk ke dalam hati. Dengan cara ini, hati menerima kedua
jenis darah: darah oksigen dan darah yang kaya nutrisi dari saluran pencernaan.
Hati memiliki banyak fungsi, termasuk metabolisme
zat-zat yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu zat yang dihasilkan sebagai hasil
samping metabolisme adalah ammonia, yang diubah menjadi urea oleh hati. Urean
kemudian dibuang melalui ginjal dalam bentuk urin. Ini adalah salah satu cara
tubuh mengeluarkan kelebihan nitrogen dan zat sisa metabolisme lainnya.
Zat-zat racun yang masuk ke dalam melalui sistem
pencernaan juga diolah oleh hati. Hati memiliki enzim-enzim yang dapat mengubah
zat-zat beracun menjadi bentuk yang lebih mudah dieskresikan melalui ginjal
atau feses.
Empedu adalah cairan yang diproduksi oleh hati dan
disipan di dalam kantong empedu (kantong empedu) sebelum dibuang ke usus.
Fungsinya adalah membantu dalam proses pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu
mengandung pigmen bilirubin, yang merupakan hasil penguraian sel-sel darah
merah yang sudah tua. Ini memberikan warna kehijauan pada cairan empedu.
Fungsi cairan empedu:
1.
Mengemulasi lemak.
2.
Mengubah zat yang tidak dapat larut dalam air menjadi larut
dalam air.
3.
Mengaktifkan enzim lipase
4.
Membantu absorpsi lemak di usus
5.
Membuang zat-zat sisa
6.
Mewarnai feses dan urin
Komposisi getah empedu yaitu air, garam mineral, asam
empedu, fosfolipid, kolesterol, dan pigmen empedu (bilirubin/biliverdin)
Gambar 7. Struktur Anatomi Hati
Apakah kalian masih ingat asal usul bilirubin?
Bilirubin adalah hasil sampingan dari pemecahan hemoglobin, yang terdapat dalam
sel darah merah. Karena sel darah merah tidak memiliki inti sel dan
terus-menerus bersentuhan dengan pembuluh darah kecil, umur sel darah merah
hanya sekitar 100 hingga 120 hari. Sel darah merah tidak mampu mengganti bagian
sel yang rusak karena kekurangan inti sel.
Di hati dan limpa, makrofag (sel kekebalan) menyerap
sel darah merah yang rusak. Dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah,
terbentuklah besi, globin, dan hemin. Besi kemudian dibawa ke sumsung tulang
merah untuk digunakan dalam pembentukan hemoglobin baru. Globin dipecah menjadi
asam amino untuk digunakan dalam sintesis protein lainnya. Hemin pada saat yang
sama diubah menjadi biliverdin, yaitu pigmen hijau. Kemudian, biliverdin diubah
menjadi bilirubin, yang memiliki warna kuning-orange.
Setelah itu, bilirubin dikeluarkan oleh empedu. Cairan
empedu ini masuk ke duodenum (bagian awal usus halus) dan kemudian ke usus
besar. Di usus besar, bilirubin mengalami transformasi menjadi urobilinogen.
Urobilinogen kemudian diubah menjadi urobolin, pigmen kuning, yang kemudian
menjadi stercobilin, pigmen coklat, dalam tinja. Beberapa urobilinogen juga
diabsorpsi kembali ke dalam aliran darah dan kemudian dieksresikan melalui
urin.
E.
Kulit
Kulit merupakan
bagian terluar dari tubuh manusia dan memiliki peran penting dalam melindungi
tubuh dari berbagai rangsangan eksternal. Kulit meneriba berbagai rangsangan
seperti panas matahari, rangsang dingin, tekanan, gesekan, dan rangsangan
lainnya. Ini terjadi karena kulit memiliki banyak reseptor sensorik yang peka
terhadap rangsangan tersebut. Reseptor-reseptor ini memungkinkan kita merasakan
sensari seperti suhu, sentuhan, tekanan, dan nyeri.
Terkadang, kita
dapat mengalami benturan, penjepitan, atau luka pada kulit. Rangsangn ini
bersifat mekanis dan dapat merusak sel-sel kulit. Namun, kulit memiliki
kemampuan alami untuk memperbaiki diri. Proses regenerasi kulit melibatkan
pergantian sel-sel kulit yang rusak dengan sel-sel kulit yang baru. Sel-sel
kulit yang rusak akan mati dan terkelupas, sementara sel-sel baru akan
terbentuk di bawahnya.
Selain berfungsi
sebagai pelindung dari rangsangan eksternal, kulit juga memiliki peran penting
dalam menjaga keseimbangan air tubuh. Kulit membentuk lapisan penghalang yang
membantu mengurangi kehilangan air melalui penguapan. Ini penting untuk menjaga
kelembaban kulit dan mencegah dehidrasi.
Kulit juga
berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Ketika suhu tubuh meningkat, misalnya
akibat paparan panas, kelenjar keringat di kulit akan akrif mengeluarkan
keringat. Keringat menguap dari permukaan kulit dan membantu mendinginkan
tubuh. Sebaliknya, saat suhu tubuh turun, kulit mengurangi aliran darah ke
permukaan dan mengurangi penguapan untuk mempertahankan suhu tubuh turun, kulit
mengurangi aliran darah kepermukaan dan mengurangi penguapan untuk
mempertahankan suhu tubuh yang optimal.
Sebagai alat
eksresi, kulit juga berperan dalam proses pengeluaran zat-zat sisa dari tubuh,
terutama melalui kelenjar keringat. Zat-zat seperti air, garam, urea, dan
beberapa zat kimia dapat dieksresikan melalui keringat;
Gambar 8. Struktur kulit
a.
Epidermis (kulit ari)
Jaringan epitel yang tersusun atas sel kulit hidup dan mati, yang terdiri
dari empat lapisan dari atas, yaitu stratum korneum (kulit tanduk), lusidum,
granulosum dan germinativum.
b.
Dermis/korium (kulit jangat)
Jaringan ikat yang di dalamnya terdapat kapiler darah, sel reseptor kulit,
kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan akar rambut.
c.
Hipodermis (lapisan subkuten)
Jaringan ikat yang di dalamnya terdapat kapiler darah, lapisan lemak, dan
jaringan saraf.
d.
Pori-pori
e.
Kapiler darah
f.
Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Berupa pipa
terpilin yang menghasilkan keringat.
g.
Kelenjar minyak (glandula sebacea)
Terletak
dekat akar rambut yang memberi
h.
Rambut
Produksi keringat oleh kelenjar keringat ada di bawah
pengaturan hipotalamus dan enzim brandikinin yang dirangsang oleh perubahan
suhu darah. Mekanisme produksi keringat pada kenaikan suhu tubuh:
1.
Kenaikan suhu tubuh menyebabkan meningkatnya suhu darah.
2.
Tubuh menormalkan suhu tubuh dengan vasodilatasi (pelebaran
kapiler darah) di sekitar kulit sebagai tempat pengeluaran panas.
3.
Epidermis kulit yang panas kemudian didinginkan oleh keringat
yang menyebabkan suhu tubuh kembali normal
Mekanisme produksi keringat pada penurunan suhu tubuh:
1.
Penurunan suhu tubuh menyebabkan tutunnya suhu darah.
2.
Tubuh menormalkan suhu tubuh dengan vasokonstriksi
(penyempitan kapiler darah) di sekitar kulit agar memperlambat pengeluaran
panas.
Gambar 9. Bagan pembentukan keringat pada kulit
F.
Gangguan Peredaran Sistem Eksresi
Apabila organ-organ sistem eksresi tidak dijaga dengan baik maka dapat
menimbulkan gangguan-gangguan pada sistem eksresi. Berikut merupakan gangguan
dan kelainan sistem eksresi:
1.
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus (kecing manis) adalah penyakit yang
ditandai oleh adanya kandungan gula yang tinggi dalam darah (hiperglikemia) dan
zat-zat keton serta asam, akibat dari kurangnya atau ketiadaan hormon insulin.
Kebanyakan dari kasus diabetes mellitus disebabkan karena buruknya pola hidup
masyarakat dan faktor genetik. Pengobatan pada orang yang menderita penyakit
ini adalah dengan mengkonsumsi hormone
insulin bagi yang sudah stadium serius.
2.
Diabetes insipidus
Diabetes insipidus merupakan ditandai dengan sering merasa
haus dan sering membuang air kecil atau urin dengan volume besar. Hal ini
menyebabkan ketidak seimbangan cairan tubuh. Penyebab utama dari diabetes
insipidus adalah karena gangguan hormon antideuterik (ADH). Pengobatannya
dengan cara disuntikan ADH ke dalam tubuh yang kekurangan sehingga tubuh akan
mencapai keseimbangan cairan.
3.
Batu ginjal
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit meunculnya
benda asing menyerupai batu di saluran urin. Batu ginjal berkembang dalam
berbagai variasi ukuran.
Penyebab dari penyakit batu ginjal adalah kadar zat
kimia pembentuk kristal dalam urine, yaitu asam urat, kalsium fosfat dan
kalsium oksalat. Selain itu, terbentuknya batu ginjal juga bisa disebabkan oleh
kekurangan zat yang mencegah pembentukan kristal dalam urine.
4.
Gagal Ginjal
Kegagalan umum ginjal dalam membantuk urin yang
menyebabkan penyakit lain.
5.
Albuminuria
Penyakit albuminura merupakan penyakit dimana ditemukan kandungan protein
dan urin. hal ini terjadi karena ada kerusakan pada bagian glomerulus yang
berperan dalam proses penyaringan darah. Normalnya darah yang masuk dalam
glomerulus akan disaring dan protein (albumin) akan tertahan di glomerulus dan
digunakan kembali oleh tubuh, tidak lolos bersama urin.
6.
Nefritis
Peradangan nefron karena bakteri Streptococcus
7.
Anuria (anuresis)
Tidak terbentuknya urin akibat gagal ginjal. Jumlah urin
yang dihasilkan kira-kira <300-500 mL/hari
8.
Oligouria (hipouresisi)
Sedikitnya produksi urin akibat gagal ginjal. Jumlah urin yang dihasilkan
kira-kira 300 – 500 mL/hari.
9.
Poliuria (diuresis)
Berlebihnya produksi urin akibat gagal ginjal. Jumlah urin yang dihasilkan
kira-kira 2,5 – 3 L/hari
10.
Uremia
Terbawannya urin ke aliran darah karena kerusakan nefron
11.
Edema
Pembengkakan jaringan di sekitar kaki karena uremia
12.
Albuminuria
Tidak tersaringnya protein darah oleh glomerulus sehingga urin mengandung
albumin.
13.
Hematuria
Ditemukannya sel-sel darah dalam urin
14.
Glukouria
0 comments:
Posting Komentar