1.
Peralatan
Peralatan pengolahan
yang dapat digunakan untuk pengolahan produk dapat
menggunakan berbagai peralatan seperti berikut.
A.
Pisau dan Talenan
Merupakan dua alat
pengolah makanan yang
sangat penting dan wajib
dimiliki. Kedua alat ini sangat penting dalam membantu memotong bahan makanan dengan mudah dan
praktis. Seiring berjalannya waktu,
pisah kini punya banyak
bentuk yang berbeda-beda. Setiap pisau
punya fungsi yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhannya.
B.
Mangkuk Adonan
Merupakan salah satu bahan yang paling banyak dijumpai di pasaran
adalah stainless steel.
Mangkuk digunakan untuk menaruh
berbagai bahan makanan tanpa harus merasa
khawatir akan
menumpahkannya. Mangkuk ini
juga bisa digunakan untuk membuat adonan kue ataupun roti.
C.
Kompor
Digunakan
untuk mengolah makanan
yang penting dengan fungsi utama
untuk memasak makanan.
Agar mendapatkan hasil maksimal
dan aman ketika digunakan, kompor tentunya harus terbuat dari bahan stainless steel yang anti
karat.
D.
Panci dan Waja
Digunakan untuk menumis atau merebus bahan masakan sesuai
kebutuhan.
2.
Teknik Pengolahan Pangan
Produk panganan
dari bahan serealia
dan umbi banyak diminati orang untuk menjadi pilihan
konsumsi sehari-hari. Selain sehat,
harganya yang murah, mudah didapat, dan
pengolahannya pun cepat. Kini, banyak diproduksi pangan olahan dari
bahan serealia dan umbi yang
sudah dibuat menjadi instan
(cepat saji). Ada beragam teknik pengolahan pangan dari bahan serealia dan umbi.
Secara garis
besar teknik pengolahan tersebut
dibagi menjadi dua macam, yaitu
teknik pengolahan pangan panas basah
(moist heat) dan teknik pengolahan pangan
panas kering (dry heat).
A.
Teknik Pengolahan Panas Basah (MoistHeat
Cooking)
Teknik
memasak basah panas adalah metode memasak yang dikelompokkan menjadi
beberapa teknik memasak yang menggunakan bahan dasar cair. Cairan yang
digunakan juga bervariasi seperti susu, air, kaldu atau wine. Dalam teknik ini
suhu air tidak pernah lebih tinggi dari suhu didih.
1.
Boiling (merebus)
Boiling
adalah mengolah bahan makanan dengan cairan yang sedang mendidih (suhu 1000).
Ciri air yang sedang mendidih ialah cairan akan menggelembung besar dan memecah
diatas permukaan (quick bubbling) dan jumlah cairan lebih banyak daripada
jumlah bahan makanan yang dimasak. Cairan yang bisa dipakai: air, susu, kaldu,
santan. Contoh : Boiled Potatoes, Sayur Asam.
|
|
Alat untuk Boiling dan proses Boiling |
|
|
|
Boiled Potatos |
Boiled Corns |
2.
Simmering (merebus dibawah titik didih
dengan api kecil)
Simmering
adalah merebus bahan makanan dalam cairan pada suhu 900C – 950C dengan
perbandingan cairan dan bahan makanan 10 : 1. Cara menyimmer: didihkan terlebih
dahulu cairan hingga mencapai suhu 1000C, kemudian kecilkan api hingga suhu
mencapai 900C – 950C. Tujuan menyimmer: untuk mengeluarkan zat ektraktif yang
terdapat pada bahan makanan.
Prinsip dasar Simmering:
v
Suhu 900C – 950C dengan ciri gelembung
cairan naik secara perlahan dan berbentuk gelembung kecil-kecil (slowbubling).
Contoh: stock, sauce.
v
Selama proses simmering, bahan makanan seluruhnya harus
tertutup cairan
v
Semua buih dan kotoran yang naik kepermukaan hendaknya
diambil (skimming) dan dibuang.
3.
Poaching (merebus dibawah titik didih (800C – 900C)
Poaching
adalah proses merebus bahan makanan secara perlahan (slowbubbling) dalam cairan
dengan api yang sedikit lebih kecil dari proses simmering), dan cairan yang
dipergunakan merupakan campuran cuka dan air. Istilah Poaching hanya berlaku
untuk egg, fish, and fruits. Contoh: Poached egg, Poached Fish Fillet. Merebus
dengan teknik ini memerlukan waktu yang agak lama.
Prinsip dasar Poaching:
v Makanan harus sepenuhnya tenggelam
v Suhu 800C – 900C
v Peralatan untuk poaching harus bersih,
tidak mudah luntur sehingga dapat merubah warna makanan yang diolah
Kriteria hasil makanan yang diolah
dengan teknik Poaching:
v Tidak hancur
v Tidak keras (lunak/empuk)
v Warna tidak luntur (cerah/alami)
v Matang merata
4.
Stewing (menggulai)
Stewing
adalah mengolah bahan makanan dengan cairan berbumbu, api sedang dan sering
diaduk. Cairan yang bisa digunakan seperti: susu, santan, kaldu.
Prinsip dasar stewing:
v
Bahan makanan dipotong-potong terlebih dahulu, lalu diblanch
v
Untuk ikan dimarinate dengan bumbu terlebih dahulu
v
Bila menggunakan saur, saus dapat dikentalkan dengan tepung
Kriteria hasil makanan yang diolah
dengan teknik Stewing:
v Bentuk potongan bahan sama dan rapi
v Tidak hancur dan keras
v Warna tidak luntur
v Sauskental
5.
Braising (merebus dalam cairan sedikit)
Braising
adalah merebus bahan makanan diatas api atau didalam oven dengan menggunakan
cairan dalam jumlah sedikit atau setengah dari bahannya dengan menggunakan api
kecil secara perlahan-lahan. Bahan disaute terbelih dahulu kemudian ditambah
stock, kecuali pada sayuran tidak perlu disaute. Teknik braising cocok untuk
bahan makanan yang mempunyai tektur keras.
Prinsip dasar Braising:
v
Bahan makanan dipotong rapi, untuk unggas atau daging
sebaiknya diikat terlebih dahulu
v
Selama proses memasak berlangsung, cairan boleh ditambah jika
cairan telah berkurang
Kriteria hasil makanan yang diolah
dengan teknik Braising:
v
Empuk/lunak dan tidak hancur
v
Berwarna cokelat (untuk daging, unggas)
v
Berwarna segar (untuk sayuran)
v
Sauskental
6.
Steaming (mengukus)
Steaming
atau mengukus adalah memasak makanan dengan menggunakan uap air panas (steam).
Bahan makanan diletakan di suatu tempat (steamer), lalu uap air disalurkan
disekeliling bahan makanan yang dikukus.
Prinsip dasar Steaming:
v Sebelum mengukus, alat pengukus harus
dipanaskan terlebih dahulu hingga mengeluarkan uap (air mendidih)
v Alat pengukus disesuaikan dengan
banyaknya bahan yang dikukus
v Makanan yang tidak memerlukan sentuhan
uap air, harus dibungkus atau tutup steamer dibungkus dengan serbet yang bersih
v Periksa cairan pengukus, jika habis bisa
ditambah cairan yang panas (mendidih)
v Waktu mengukus yang tepat sangat
diperlukan karena akan mempengaruhi hasilnya
Kriteria hasil makanan yang diolah
dengan teknik Steaming:
v Tidak hancur dan matangnya merata
v Warna segar (sayuran)
v Berongga baik untuk pudding
v Permukaan tidak tergenang air (untuk
puding)
7.
Blanching (blansir)
Blanching
adalah memasak dengan cara memasukan bahan makanan kedalam cairan mendidih yang
diberi garam dan dalam waktu yang singkat. Makanan setelah diangkat langsung
direndam dalam air dingin/air es yang bertujuan untuk menghentikan proses
pemasakan dan untuk mempertahankan warna bahan makanan agar tidak berubah.
Tujuan Blanching:
v
Membebaskan bahan makanan dari kotoran dan lemak (daging,
unggas, tulang) sebelum diproses
v
Membuang kulit atau bagiaan yang tidak diperlukan, misalnya
pada waktu mengupas tomat, mencabut bulu ayam, dll
v
Membuat lapisan pelindung dan memudahkan membuang kotoran.
Lapisan ini berguna untuk melindungi sari makanan yang ada pada tulang,
selanjutnya dicuci dengan air dingin. Contohnya dalam pembuatan stock
v
Membuat bahan makanan menjadi setengah matang, kemudian
dimatangkan lebih lanjut.
v
Membuat tekstur bahan makanan menjadi lebih kental, misalnya
otak, sumsung tulang dll dengan tujuan untuk memudahkan pemotongan
v
Membunuh atau menghentikan reaksi enzim makanan, misalnya
sayuran atau buah yang akan disimpan didalam frezer untuk menghentikan kerja
enzim sehingga warna dan tekstur sayuran/buah dapat dipertahankan lebih lama
atau mudah rusak dalam penyimapanan.
Blanching
selain dilakukan pada media air juga dapat dilakuakna dengan minyak panas.
Contoh: blanching yang dilakukan pada proses awal pembautan French Fried
Potatoes sebelum digoreng untuk yang kedua kalinya. Proses ini bertujuan untuk
mendapatkan terkstur yang empuk dibagian dalam dan renyah dibagian luar setelah
penggorengan yang kedua.
Prinsip dasar Blanching:
v
Cairan (air atau minyak) di didihkan sampai suhunya 1000C,
setelah itu bahan makanan dimasukan
v
Bahan makanan harus seluruhnya terendam dalam cairan
v
Blanching hanya diperlukan pada bahan makanan yang perlu
dimasak terlebih dahulu atau masak setengah matang. Contoh: tomat
Kriteria hasil makanan yang diolah
dengan teknik Blanching/Blansir:
v
Daging/tulang bersih dari kotoran/darah/lemak
v
Warna sayuran cerah, tekstur agak keras
v
Untuk tomat, masih agak keras tetapi mudah dikupas.
8.
Braising in The Oven
Braising juga dapat dilaukan didalam oven. Keuntungan
menggunakan oven yaitu, masakan akan matang secara merata, karena panas
tersalurkan melalui dinding panci/pot tidak hanya di dasar, tidak perlu
terus-menerus diawasi karena masakan ada pada suhu rendah yang stabil tanpa
harus tersu dilihat kembali dan terdapat ruang kosong untuk meletakan masakan
lain.
9.
Au Bain Marie
Mengolah
makanan dengan dua panci yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, diatas air
panas dan didalam oven.
B.
Teknik Pengolahan Panas Kering (DryHeat Cooking)
Teknik pengolahan panas kering (dry
heat cooking) adalah mengolah bahan makanan tanpa bantuan cairan. Misalnya deep
frying, shallow frying, roasting, baking, dan grilling.
1.
Deep frying
Deep frying adalah mengolah makanan
dengan menggoreng menggunakan minyak dalam jumlah banyak. Pada teknik ini yang
digoreng betul-betul tenggelam dalam minyak dan memperoleh hasil yang krispi
atau kering..
Terdapat 4 cara style deep fat frying
yang populer, yaitu:
v
Cara Perancis (A’la Fraincaise, French Style)
Bahan makanan di marinade lalu
dilapisi dengan tepung terigu atau maizena. Lalu goreng dalam minyak banyak dan
panas.
v
Cara Inggris (A’la Englaise, English Style)
Dimaranide dalam bumbu lalu tiriskan.
Celupkan dalam putih telur lalu tepung panir. Ulangi sekali lagi. Goreng dalam
minyak yang panas.
v
Cara Only (Al Only, Only Style)
Mekanan yang akan digoreng dicelupkan
dalam adonan. Kemudian langsung digoreng dalam minyak yang panas.
v
Cara menggoreng polos
Bahan dibersihkan, lalu dimaranide
atau tidak. Kemudian langsung digoreng dengan minyak.
2.
Shallow Frying
Shallow Frying adalah proses menggoreng
yang dilakukan dengan cepat dalam minyak goreng yang sedikit. Untuk melakukan
teknik ini, perlu memperhatikan beberapa syarat, yaitu sebagai berikut:
v
Dalam menggoreng, menggunakan minyak goreng berbentuk cairan:
minyak kelapa, minyak salad, minyak jagung, atau minyak zaitun.
v
Selama proses menggoreng, menggunakan minyak yang sedikit.
v
Saat menggoreng, pastikan minyak telah panas sesuai suhu yang
diinginkan
v
Proses menggoreng dilakukan dengan cepat
v
Terdapat 2 cara dalam pengolhan shallow frying, yaitu cara
pan frying dan sauteing
3.
Pan Frying
Pan Frying merupakan cara menggoreng
dengan minyak sedikit dan mempergunakan frying pan. Makanan yang dimasak dengan
cara ini, antara lain telur mata sapi, daging, ommelet, scrambled eggs, serta
unggas yang lunak dan dipotong tipis. Sauteing adalah mengolah bahan makanan
dengan menggunakan sedikit minyak sambil diaduk dan dilakukan secara cepat.
Teknik ini sering dilakukan pada masakan cina, dan dipakai sebagai teknik
penyelesaian pada sayuran kontinental. Pada pengolahan sayuran Indonesia
disebut oseng-oseng (tumisan). Bahan makanan yang dimasak dengan cara ini,
antara lain onion chopped (bawang bombay cincang), daging, sayuran, dan bumbu.
4.
Roasting
Roasting adalah teknik mengolah bahan
makanan dengan cara memanggang bahan makanan dalam bentuk besar di dalam oven.
Roasting bentuk seperti oven. Sumber panasnya berasal dari kayu bakar, arang,
gas, listrik, atau microswave oven. Waktu meroasting sumber panas berasal dari
seluruh arah oven. Selama proses meroasting berjalan, harus disiram lemak
berulang kali untuk memelihara kelembutan daging dan unggas tersebut.
Untuk melakukan teknik ini, perlu
memperhatikan beberapa syarat, yaitu sebagai berikut.
v
Pada saat pengolahan harus dibolak balik agar matangnya
merata.
v
Daging jenis lain jarang sering dibolak balik untuk mencegah
pengerutan
v
Jika pada saat meroasting makanan menjadi kering, perlu dibasahai
permukaannya dengan lemak atau cairan lemak yang keluar dari makanan tersebut.
v
Daging ditusuk dengan alat pengukur tingkat kematangan daging
untuk mengetahui tingkat kematangan daging
v
Daging utuh tidak berlemak, perlu dilarding.
5.
Baking
Baking adalah pengolahan bahan
makanan didalam oven dengan panas dari segala arah. Dalam teknik baking ini ada
yang menggunakan loyang yang berisi air didalam oven, yaitu bahan maknan
diletakan dalam loyang. Contoh : puding karamel, hot puding franfrut. Untuk melakukan
teknik ini perlu memperhatikan beberapa syarat yaitu sebagai berikut;
v
Sebelum bahan dimasukkan, oven dipanaskan sesuai suhu yang
dibutuhkan.
v
Makanan didalam oven harus diletakkan dengan posisi yang
tepat.
v
Selama proses baking, suhu harus terus diperiksa
v
Kualitas makanan akan bergantung pada penanganan selama
proses baking.
v
Sebelum diangkat dari oven, periksa kembali makanan.
Penerapan teknik dasar baking dapat
dilakukan pada berbagai bahan makanan , diantarannya kentang, roti, sponge,
cake, biskuit, ikan, sayuran.
6.
Grilling
Grilling adalah teknik mengolah
makanan diatas lempengan besi panas (gridle) atau diatas pan dadar (teflon)
yang diletakkan diatas perapian. Suhu yang dibutuhkan untuk grill sekitar 292 0C.
Grill juga dapat dilakukan diatas bra langsung dengan jeruji panggang atau alat
bantu lainnya. Dalam teknik ini, perlu diberikan sedikit minyak baik pada
makanan yang akan diolah maupun pada alat yang digunakan. Untuk melakuakan teknik
ini perlu memperhatikan beberapa syarat, yaitu sebgai berikut;
v
Memilih bagian daging yang berkualitas dan empuk. Daging direndam
dengan bumbu (dimarinade) sebelumnya.
v
Kemudian mengolesi permukaan gridle dan bahan makanan dengan
minyak goreng untuk menghindari lengket.
v
Pergunakan jepitan untuk membalik makanan.
Penerapan teknik dasar grillling
dapat dilakukan pada berbagai bahan makanan diantarannya daging, daging
cincang, ikan, dan ayam.
7.
Sauteing
Sauteing adalah memasak bahan makanan
dengan potongan-potongan kecil dari daging sapi, unggas, atau sayuran dalam
minyak atau mentega bening dalam wajan datar. Yang jadi pertanyaan adalah
apakah yang mejadi perbedaan antara saute dengan shallow frying. Perbedaan yang
jelas adalah dalam saute bahan makanan dibalik berkali-kali, sedangkan dalam shallow
frying bahan makanan biasanya hanya satu kali dibalik.
Selain itu saute digunakan untuk
memasak bahan makanan yang mudah lunak dan masih muda untuk sayuran. Biasanya dalam
memasak bahan makanan dengan metode ini ditambakan saus seperti cream, demi glace
atau veloute. Dan makanan yang ditambahkan saus dan saus yang ditambahkan,
dimasukan pada saat terakhir proses pemasakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan teknik saute;
v
Hanya menggunakan bahan-bahan maknan yang baik kualitasnya.
v
Selalu memanaskan bahan makanan terlebih dahulu dengan
menggunakan minyak yang panas pada awal memasak.
v
Lanjutkan memasak dengan menggunakan temperatur yang tinggi.
v
Alat masak tembaga dapat digunakan untuk semua bahan makanan
kecuali kentang.
v
Kentang untuk saute jangan terlalau matang, karena kentang
akan lunak dengan sendirinya saat dimasak menjadi coklat.
v
Jangan menumis daging dan sayuran bersamaan, karena sayuran
akan mengeluarkan air saat dimasak dan akan menghalangi daging yang akan diberi
efek goreng.
8.
Pressure Frying
Pressure frying adalah metode deep
frying dengan penggorengan tertutup sehingga uap yang dihasilkan produk tidak
keluar dan meningkatkan tekanan didalam penggorengan. Pada penggorengan
standar, meskipun suhu yang digunakan adalah 3500F (1750C).
suhu didalam makanan tidak akan lebih dari 2120F (1000C)
titik didih air. Namun, bila menggunakan pressure frying makanan akan lebih cepat
matang dan lapisan luarnya tidak hangus.
Bahan
pangan dari serealia dan umbi selain
dapat diolah menjadi bahan jadi
juga dapat diolah menjadi
panganan nonpangan (setengah jadi). Penganan
setengah jadi adalah jenis pangan
yang belum dapat dinikmati sebagai
santapan sebelum diolah kembali dengan berbagai
teknik seperti pengukusan, perebusan,
atau digoreng. Bentuk pangan setengah jadi ada yang berupa tepung dan ada yang berupa bahan padat
kering.
Produk
penganan dari bahan serealiam dan umbi yang diolah menjadi
pangan setengah jadi merupakan penganan
yang sehat. Teknik pengolahan nonpangan
yang sering dilakukan berupa fermentasi dan pengeringan. Teknik pengolahan bahan
pangan menjadi produk
setengah jadi dapat dilakukan secara tradisional
maupun dengan menggunakan
teknologi pangan. Teknik ini bergantung
pada kebutuhan dan ketersediaan alat
yang dimiliki oleh pembuat produk tersebut.
Di dalam program
diversifikasi pangan, umbi-umbian termasuk yang
banyak digemari masyarakat. Oleh karena itu, penganekaragaman pangan
serealia, kacang- kacangan, dan umbi menjadi olahan non pangan sangalah tepat. Sebagai
contoh, ubi jalar dan talas dibuat keripik atau tepung, sorgum dibuat biji sorgum
ataupun tepung.
3.
Teknik Pengolahan Non Pangan